Chap. 15:-🕊 [Siapa Cinta Pertama-nya Jeffrey?]

12.4K 1.3K 25
                                    

●H a p p y R e a d i n g●

✨🕊✨

"Assalamu'alaikum.. Damara!" ucap Abhi seraya menekan bel rumah. Ditangannya juga ada paper bag yang entah apa isinya.

"Waalaikumsalam! Iya Den." Mbok Ratna yang mendengarnya dari dalam, langsung bergegas membukakan pintu untuk kakak dari majikan-nya itu.

"Eh. Mbok, Damara sama si kembar ada dirumah-kan?" tanya Abhi sambil berjalan memasuki rumah lalu menduduki single sofa dan meletakkan paper bag di meja.

Mbok Ratna mengangguk. "Cuma Den Arkan sama Den Ardan yang ada dirumah Den. Kalo Non Damara, lagi ke supermarket. Mau Mbok panggilin si kembar, Den?" tanyanya setelah menjelaskan keberadaan Damara, Arkan dan Ardan.

"Boleh, Mbok. Tolong ya!" jawab Abhi setuju. Setelahnya, Mbok Ratna segera melangkah ke kamar si kembar. Dan tepat sesudahnya, Damara datang dengan kresek putih ditangannya. Ia berlari kearah dapur tanpa melihat Abhi. Lebih tepatnya, ia tidak menyadari keberadaan pria itu.

"Heh! Adek kurang ajar!" gerutu Abhi seraya mengikuti langkah Damara ke arah dapur. Bisa-bisanya, adiknya itu tidak melihat keberadaan disini! Ah. Memangnya dirinya ini makhluk gaib apa?

Sampainya di dapur, Abhi hanya menatap punggung Damara yang tengah bersenandung ria dengan tatapan sinis. Pria itu hanya diam dan bersedekap dada, menunggu Damara sadar akan keberadaannya.

"Kalau ada makanan dimeja.. tak pernah engkau makan~ Ahay!"

Damara bernyanyi sembari menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan kanan. Sontak itu membuat Abhi sedikit terperangah. Sejak kapan adiknya suka berjoget seperti ini?!

"Kalau ada kopi yang kusuguhkan tak per---eh mon--Kakak?!" pekik Damara terkejut, dahinya mengerut dengan mata membola. "Kakak dari tadi berdiri disitu?" tanyanya dengan senyum kikuk.

Abhi mendelik. "Kikik diri tidi birdiri disiti?" ucapnya sinis mengulangi kata Damara yang terdengar menyebalkan ditelinganya.

"Maafin aku Kak. Sumpah! Tadi aku beneran gak liat Kakak loh!" ujar Damara bersungguh-sungguh. Ia menyatukan telapak tangannya dan menatap Abhi melas.

"Kakak maafin deh. Yaudah.. kalo gitu, Kakak tunggu di kamar Arkan sama Ardan ya." Setelahnya, Abhi pergi meninggalkan Damara sendirian di dapur. Pria itu menaiki tangga dan berjalan menuju kamar si kembar.

"Duh. Kok bisa gak nyadar si? Tapi.. tadi gue beneran gak liat Kak Abhi! Udahlah, yang lalu biarlah berlalu.." Damara kembali membalikkan badan dan langsung melahap mie cup goreng buatannya.

Tak cukup lima menit, mie itu ludes termakan olehnya. Bahkan, sisa-sisa minyak bumbu mie meluber di pinggir bibirnya.

"Kok pedes si? Perasaan dulu ngga pedes-pedes banget.." Setelah membuang cup mienya, Damara mengambil susu botol di kulkas untuk meredakan rasa pedas yang masih tersisa di dalam mulut dan tenggorokannya.

Sesudahnya, Damara bergegas berlari ke kamarnya. Ia dengan cepat bersiap-siap agar Abhi dan anak-anak tak terlalu lama menunggunya.

✨🕊✨

Disisi lain, Jeffrey tengah berada di kafe yang baru-baru ini dikelolanya, bersama sekretaris dan manager kafenya. Jadi, selain menjadi Direktur dari Wardhana's Group--perusahaan milik keluarganya, dia juga memiliki kafe yang cukup terkenal di Jakarta.

"Gimana perkembangan kafenya, Ka?" tanya Jeffrey pada Kalina--adik tingkatnya dulu yang kini dia amanahkan untuk mengelola kafe miliknya ini.

"Makin meningkat, Pak. Mungkin karena kebanyakan pengunjung kafe ini itu anak muda kali ya. Jadi.. banyak dari mereka yang promosiin kafe kita ke sosmed mereka," jawab Kalina riang.

Become a Single Mom, Seriously?! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang