●H a p p y R e a d i n g●
✨🕊✨
Jantung Damara berdegup kencang dengan tangan bergetar hebat. Ia kembali terduduk seraya menatap pergelangan tangannya dengan tatapan tak percaya.
Mengapa tiba-tiba saja namanya bisa terukir disana?
Sekuat tenaga Damara berusaha menghapus tulisan di pergelangan tangan kirinya itu. Tetapi tidak bisa. Usahanya itu malah membuat rasa sakitnya semakin bertambah.
Guyuran air dari shower yang dinyalakannya bahkan sudah membasahi seluruh tubuhnya. Bahkan gaun indahnya tadi.
Hal ini membuat perasaan Damara terasa tidak menentu. Pemikiran-pemikiran buruk sudah berseliweran didalam kepalanya, seakan ingin menyihir isi pikiran wanita itu.
"Damara? Kamu baik-baik aja-kan didalam?"
Suara Jeffrey tiba-tiba menyadarkannya. Damara langsung menggeleng kencang, berusaha menyingkirkan pikiran buruknya.
"Iya, Mas. Aku baik-baik aja kok." sahut Damara dari dalam.
Jeffrey menghela napasnya lega. "Bagus kalau gitu." gumamnya.
Setelahnya, Damara bergegas membersihkan dirinya meskipun rasa sakit itu masih menderanya.
Lima belas menit kemudian, ia selesai. Damara segera melengkapi dirinya dengan handuk kimono yang kebetulan terlipat rapi di wastafel kamar mandi.
"Aku udah selesai, Mas."
Jeffrey yang sedang membaca map berisi dokumennya, langsung mengangguk setelah melihat Damara sekilas. "Yaudah. Aku mandi dulu ya." Pria itu bangkit, lalu pergi menuju kamar mandi.
Tepat setelah Jeffrey menutup pintu, Damara segera memakai piyama yang diberikan Miranda tadi. Kemudian duduk di ranjang seraya meneliti dari dekat pergelangan tangannya.
"Kenapa bisa sih?" ucapnya bingung.
Sebelumnya hal ini tak pernah terjadi padanya. Jika memang penyebabnya air dari shower tadi, mengapa bukan sejak dulu dirinya mengalami hal aneh seperti ini?
"Ra? Tangan kamu kenapa, sayang?"
Damara refleks menyembunyikan tangannya dibelakang tubuhnya. Ia menatap Jeffrey dengan senyuman manis lalu menggeleng pelan. "Ngga kok. Tangan aku ngga kenapa-napa, Mas." elaknya.
Bukannya percaya, Jeffrey malah semakin curiga. Raut wajah Damara sekarang terlalu bisa dibaca. "Mas ngga mau kamu bohong, Damara. Jujur." ujar Jeffrey penuh penekanan lalu menarik paksa tangan Damara.
"Awh! Sakit, Mas!" bola mata Damara langsung berkaca-kaca saat Jeffrey menarik tangannya. Ia juga menggigit bibir bawahnya menahan sakit akibat ulah Jeffrey.
Jeffrey menatap Damara kesal. "Kenapa bisa tangan kamu kegores gini? Dalem lagi. Ngga mungkin ini cuma kegores biasa." tanyanya tegas.
Damara terdiam mendengar ucapan Jeffrey. Tergores? Bukannya hanya ada namanya disana? Bukan sebuah luka gores. Apa Jeffrey tak bisa melihatnya?
Jeffrey menghela napasnya, berusaha mengontrol emosinya. "Damara. Kamu kenapa sayang?" ucap Jeffrey mulai melunak.
"Mas ngga bisa ngeliat ini ya?" gumam Damara tanpa sadar lalu mengelus pelan pergelangan tangannya.
Jeffrey mengernyit. Apa maksud ucapan Damara itu?
"Ngeliat apa? Di tangan kamu cuma ada luka gores, Damara."
Damara mendongkak. Sial. Jeffrey mendengar gumamannya. "Ngga kok, Mas. Aku cuma salah ngomong tadi." cicit Damara seraya kembali menunduk.
Jeffrey kembali menegakkan kepala Damara. "Maafin Mas ya, Ra. Mas cuma takut kalau kamu bakal ngelakuin hal macem-macem tadi. Mas kira kamu sengaja buat luka itu." Jeffrey langsung memeluk Damara erat setelah mengatakan kekhawatirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Single Mom, Seriously?! [End]
FantasiSalma adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran asal Bandung yang bercita-cita ingin secepatnya pergi dari rumah. Memang terdengar aneh, tapi itulah kenyataannya. --- "Mama.. aku pengen pergi dari rumah boleh gak?" "Coba bilang sekali lagi, bia...