Chap. 16:-🕊 [Overthinking:)]

10.7K 1.1K 14
                                    

●H a p p y R e a d i n g

✨🕊✨

"Ra. Selama ini udah ada yang pernah deketin kamu?" tanya Abhi sambil menatap Damara lekat, dia juga menghentikan suapannya sebentar.

"Emm, kayaknya ngga ada Kak," jawab Damara setelah berpikir sejenak. "Kalo ada, emangnya kenapa?" tanyanya balik sembari kembali memakan makanannya.

Abhi berdehem lalu melirik kecil Arkan dan Ardan yang tengah bermain di area permainan anak-anak di kafe ini. Dia tersenyum tipis seraya menatap Damara.

"Kamu gak mau Arkan sama Ardan punya ayah lagi?"

Damara tertegun, suapannya terhenti. Ia menatap kosong makanannya. Ayah untuk Arkan dan Ardan? Damara tak pernah berpikir sejauh itu. Ia hanya berpikir, untuk membesarkan Arkan dan Ardan sendiri tanpa bantuan seorang ayah lalu kemungkinan jiwanya akan kembali pada raganya dulu.

"Harus ya, Kak?" tanya Damara pelan tanpa menatap Abhi yang sedari tadi memperhatikannya. Ia mengacak-acak makanannya dengan senyuman masam.

Abhi berdehem. "Kalo kamu belum bisa, gapapa. Arkan sama Ardan pasti ngertiin kamu kok," ucapnya lembut. "Maafin Kakak ya, Ra. Nyinggung soal ini mulu pas kita ketemuan," sambungnya.

Damara mendongkak, ia menatap Abhi sambil tersenyum maklum. "Aku ngerti kok Kak. Kakak pengen yang terbaik untuk aku-kan? Nanti aku coba pikir-pikir dulu deh, Kak." ucapnya.

Abhi mengangguk seraya mengusak rambut Damara. "Yaudah. Kalo gitu, kita pulang yuk! Kakak panggil Arkan sama Ardan dulu ya." Kemudian, Abhi menghampiri si kembar yang masih asik bermain. Abhi membujuk mereka dulu. Damara tersenyum tipis melihatnya.

Sepertinya, Abhi benar. Ia harus mencarikan seorang ayah untuk Arkan dan Ardan. Namun yang menjadi masalah... siapa orangnya?

Tak lama, mereka bertiga datang menghampiri Damara. "Mommy! Kata Uncle kita beli eskrim dulu loh!" ujar Ardan riang.

"Betul! Aku mau beli tiga eskrim rasa coklat! Satu buat aku, dua lagi buat Mommy!" sambung Arkan sambil memeluk sayang Damara yang sudah berdiri dari kursinya.

Damara terkekeh. "Buat Ardan sama Uncle?" tanyanya seraya membalas pelukan Arkan.

Ardan cemberut lalu ikut menyempil di dalam pelukan Damara dan Arkan. "Ihh! Aku bakal beliin Mommy lebih banyakkk eskrim! Huh!" katanya dengan nada jengkel.

"Apa sih! Ikut-ikutan aja! Wooo!" Arkan menjulurkan lidahnya, berniat mengejek kembarannya itu lalu mempererat pelukannya pada Damara.

"Mommy! Liat.. Bang Arkan tuh!" ucap Ardan mengadu. Dia memelototi Arkan sambil menunjuknya lalu ikut mempererat pelukannya pada Damara juga.

"Udah.. nanti Uncle ngga mau ngajak kalian lagi loh! Uncle bakal ninggalin kalian disini, cuma Mommy yang diajak pulang! Mau?" tanyanya menakut-nakuti.

"Nggaaaa! Kalo Uncle mau pulang.. pulang aja sendiri! Gausah bawa Mommy!" ujar Arkan sambil menatap sinis Abhi.

"Um! Uncle pulang aja sendiri!" timpal Ardan ikut menyetujuinya. Dia juga menatap Abhi kesal. Damara meringis melihat respon mereka. Seharusnya, mereka ini langsung menuruti ucapannya. Bukan malah memarahi Abhi.

Abhi mendengus. "Dih! Awas aja. Nanti.. Uncle bakal culik Mommy kalian. Liat aja! Trus, kalian bakal tinggal sendirian. Gaada Mommy lagi!" ancam Abhi. Dia juga ikut menatap keponakannya itu sinis.

"Udahlah Kak. Kita pulang aja yuk." ajak Damara. Ia tak habis pikir melihat kelakuan mereka bertiga. Bisa-bisanya mereka tak malu bertengkar di depan umum seperti ini.

Become a Single Mom, Seriously?! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang