●H a p p y R e a d i n g●
✨🕊✨
"Ra. Sekali lagi, Kakak minta ma---"
Damara menghela napasnya lelah. Dengan cepat ia langsung membungkam mulut Abhi dengan suapan eskrim coklat miliknya. Ia heran mengapa Abhi selalu mengucapkan kata-kata maaf? Padahalkan, ia sudah memaafkannya. Malahan sejak saat itu.
"Daripada Kakak ngucapin hal yang sama berulang kali, lebih baik Kakak ngungkapinnya lewat sikap Kakak." Damara menatap Abhi lekat seraya tersenyum manis padanya.
Abhi ikut tersenyum. Dia mengangguk paham. "Kakak janji." ucap Abhi sambil menyodorkan jari kelingkingnya pada Damara dan langsung direspon baik oleh adiknya itu.
"Jadi.. kapan kamu mau dateng ke mansion lagi? Mama sama Papa kangen kamu loh, Ra." ucap Abhi sembari memakan eskrim-nya dan menatap Damara penuh harap.
"Aku ngga bisa janji, Kak." Bibir Damara melengkung kebawah. "Kakak tau sendiri-kan? Lingkupan hidup aku bukan kalian aja. Sebagai Salma, aku juga punya keluarga. Tapi, InsyaAllah aku bakal usahain secepetnya dateng ke sana."
Abhi tersenyum tipis mendengarnya. Damara benar. Dunia adiknya itu, kini tak hanya berpusat pada dirinya, Arkan, Ardan, dan orang tuanya saja. Tapi, juga keluarganya sendiri. Damara juga punya keluarga dan kehidupannya sendiri. Sebagai Kakak yang baik, sudah semestinya dia tak boleh egois.
"Kakak pasti bakal rindu sama kamu, Ra." Kepergian Damara kali ini pasti sangat sulit diterima Arkan dan Ardan lagi. Kedua bocah itu pasti tak terima dan akan bersedih kembali.
"Jangan rindu. Berat. Kamu ngga akan kuat, biar aku saja." ucap Damara sambil menepuk pelan dadanya dan berekspresi bak Dilan pada Milea di film romansa terkenal mereka.
Abhi terkekeh. "Apasih? Gajelas banget kamu!" Dia tertawa lepas, hingga Damara terkesima melihat keelokan dan kerupawanan makhluk adam di depannya saat tertawa seperti itu. Ah! Dia sungguh tampan!
"Allahuakbar! Ganteng banget!" Damara melotot tak percaya sembari menutup mulutnya dengan raut wajah dibuat-buat. "Kenapa bisa ganteng sih, Kak?" Entah sadar atau tidak, volume suara Damara ketika mengucapkan hal itu membuat seisi kafe langsung memusatkan pandangan pada mereka berdua.
Abhi yang merasa diperhatikan, langsung menghentikan tawanya dan memilih menutupi wajah dengan kedua tangan menahan malu karena ulah Damara. "Ra. Udah!" bisiknya sambil melirik kanan kirinya lalu menatap Damara kesal.
"Ups! Maaf, Kak!" Damara menyengir kuda dengan tampang watadosnya.
Abhi merenggut tak suka. Dia berdiri lalu pergi meninggalkan Damara dan melangkah menuju kasir untuk membayar pesanannya dan Damara. Biarkan adiknya itu tau rasa. Huh.
Damara menganga. Ia tidak percaya jika Abhi akan meninggalkannya begitu saja. "Kak? Kakak ninggalin aku?" gumam Damara dramatis hingga para pengunjung yang melihatnya menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan Damara itu.
Dengan langkah lebar, Damara menghampiri Abhi yang hendak keluar dari kafe tanpa dirinya setelah selesai melakukan pembayaran untuk pesanan mereka. "Kak!" ucap Damara ketika dirinya sampai didekat Abhi. Ia memegangi tangan Abhi seraya menatap melas.
Abhi mendengus malas. Dia hanya mengabaikan Damara serta puppy eyes andalannya dan memilih untuk pergi keluar, meski Damara masih senantiasa memegangi tangannya.
"Kakkk!" Damara memekik tak terima dirinya diabaikan dan diseret seperti ini. "Aku minta maaf!" Abhi masih menulikan telinganya. Dia menggenggam pelan tangan yang sedari tadi memeganginya lalu membawa Damara menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Single Mom, Seriously?! [End]
FantasiaSalma adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran asal Bandung yang bercita-cita ingin secepatnya pergi dari rumah. Memang terdengar aneh, tapi itulah kenyataannya. --- "Mama.. aku pengen pergi dari rumah boleh gak?" "Coba bilang sekali lagi, bia...