9. Curiosity

9K 1.4K 5
                                    

Sebelum-sebelumnya Jeno tak pernah terlalu mengubris obrolan orang-orang, tapi pagi ini entah kenapa ia merasa ingin tau tentang apa sebenarnya yang kawan sekelasnya itu bicarakan. Pasalnya mereka terus mencuri lirik pada Renjun, si murid baru. Dan Jeno pun bisa melihat Renjun yang hanya diam tak menanggapi, duduk di kursinya dengan sebelah tangan menyangga dagu.

Jeno sebenarnya juga bisa abai akan berbagai bisikan itu, hingga sebuah kalimat membuatnya tertarik untuk mengetahui cerita lebih lanjut tentang pemuda mungil itu.

"Haechan memukulnya cukup keras, kurasa memang ia sebenci itu pada Renjun."

Dahinya berkerut mendengar itu, apakah ia ketinggalan suatu hal? Mereka bahkan menyebut nama Haechan juga disana. Tadi mereka juga mengatakan tentang sebuah pukulan? Renjun, pemilik wajah mungil itu dipukul Haechan?

Ini benar-benar tak pernah terbayang olehnya. Bukankah kekasih dari Mark itu kemarin-kemarin masih sering bertegur sapa dengan Renjun? Jeno sering melihatnya saat makan siang.

Notifikasi diponselnya, mengalihkan Jeno dari pikirannya sendiri. Grup angkatannya mengirim sebuah potongan artikel yang membuat Jeno seketika paham kenapa orang-orang memandang Renjun sinis dan tak suka. Berita tentang hilangnya keluarga Huang disaat gedung tempat acara mereka mengalami kebakan karena sebuah ledakan.

Jeno melihat Renjun yang duduk lebih depan darinya, membuat Jeno hanya bisa melihat punggung dan sebagian sisi wajahnya saja. Renjun tak terlihat membuka ponselnya seperti kawan-kawannya yang lain, atau memang anak itu belum bergabung dengan grup angkatan? Mengingat ia yang baru menjadi murid disini. Jeno menyayangkan satu hal, Renjun menjadi berita utama di awal ia masuk disini. Dan berita itu bukanlah berita yang baik, Jeno yakin sekarang nyaris satu sekolahan akan mulai membicarakan pemuda mungil itu. Mengingat berita akan mudah menyebar setelah sampai di ponsel para siswa.

"Keluargamu benar-benar pembunuh?" Suara dari belakang membuat nyaris semua penghuni kelas menoleh, termasuk Jeno. Ia tak menyangka akan ada yang dengan terang-terangan bertanya seperti itu pada Renjun.

Beruntungnya setelah itu seorang guru memasuki kelas, hingga menghilangkan suasana yang tadinya mulai menegang. Dan Jeno entah kenapa sedikit bersyukur, karena Renjun tidak perlu berlama-lama dalam situasi itu.

"Jeno, tolong bagikan buku ini. Setelah itu kalian buka halaman tiga belas, kita bahas itu." Ucap Sang guru, Jeno dengan segera bangkit dan mengambil tumpukan buku itu. Membagikannya pasa setiap orang, dan saat sampai bagian Renjun. Jeno bisa melihat Renjun yang menunduk, tak membiarkan Jeno melihat raut pemuda itu. Padahal Jeno penasaran.

Tangan Jeno terulur bersama buku itu, Renjun menerimanya. Punggung tangan Jeno sempat bersentuhan dengan kulit tangan Renjun yang terasa dingin.

Sekarang Jeno tak perlu melihat lagi wajah Renjun untuk melihat reaksi setelah kejadian barusan, karena lewat dinginnya tangan itu. Jeno bisa tangkap, bahwa Renjun terganggu akan perkataan-perkataan teman sekelasnya.

Dan yang Jeno pikirkan saat ini adalah, memangnya berita itu benar ya?

Renjun sudah mengirimkan pesan pada Beomgyu dan Soobin bahwa ia tak akan pergi ke kantin, dan akan menghabiskan waktu istirahatnya di kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun sudah mengirimkan pesan pada Beomgyu dan Soobin bahwa ia tak akan pergi ke kantin, dan akan menghabiskan waktu istirahatnya di kelas. Renjun belum siap kembali mendapat tatap mencemooh dari orang-orang, sudah cukup teman sekelasnya yang terus saling berbicara dengan suara keras tentangnya. Tentang apa yang Haechan ucapkan tadi pagi.

Tubuhnya merespon cepat kejadian pagi tadi, dadanya berdegup kencang. Keringat dingin membasahi sebagian tubuhnya, ingatannya memutar awal kejadian ia mendapat pembullyan di sekolah lamanya. Sama seperti saat ini, orang-orang mulai membicarakannya dengan terang-terangan. Dan semakin kemari perlakuan mereka mulai berani, dengan melakukan kekerasan fisik dan menjahilinya tanpa ampun. Renjun takut hal itu kembali terulang disini.

"Renjun, bagaimana lukamu? Sudah diobati?" Nada khawatir itu kentara sekali, sampai-sampai Renjun merasa bahwa itu cukup berlebihan. Ini hanya luka kecil, tak ada apa-apanya dibanding apa yang pernah ia terima.

"Ini tidak apa-apa." Renjun melihat Jaemin yang memasuki kelasnya dengan langkah lebar.

Jaemin mendekati Renjun, meneliti wajah Renjun dengan baik. Dan tak menemukan luka di wajah mungil itu, seketika itu pula Jaemin lega. Namun mengernyit kemudian.

"Bukankah tadi Haechan memukulmu?" Jaemin pikir Renjun akan mendapat luka,  Atau pukulan Haechan akan menjadi lebam dibagian wajah Renjun?

"Maafkan Haechan ya? Juga maaf karena aku pernah mengenalkan kalian berdua. Harusnya tak usah, mungkin jika kalian tidak saling kenal Haechan tak akan terjadi hal seperti ini." Jaemin menarik dagu Renjun, kembali mencari celah luka di kulit putih milik Renjun. Masa bodo dengan ia yang akan dianggap lancang, yang penting ia ingin memastikan bahwa Renjun tak apa.

Jaemin hanya tak tega melihat pemuda bertubuh mungil ini mendapat perlakuan kasar, sungguh Jaemin berpikir Renjun itu layak mendapat segala sikap lembut dari oranglain. Meskipun Jaemin baru mengenalnya, tapi ia tau Renjun itu orang baik. Dan untuk berita yang sudah tersebar itu, Jaemin tak tau harus menanggapi seperti apa. Karena ia tak mempercayai jika keluarga Renjun adalah bagian dari para pembunuh. Dan bukankah jika seperti itu harusnya Renjun berada di tempat hukumannya? Kan ini tidak, Renjun justru bersekolah disini.

Dan Jaemin juga menolak percaya akan berita itu, karena ia tak bisa melihat kecocokan dari kata pembunuh dengan Renjun itu sendiri. Itu benar-benar mustahil, Renjun terlalu lembut dan polos untuk menjadi bagian dari para penjahat perenggut nyawa orang. Lagi pula, ia belum terlalu mengenal Renjun. Jadi ia masih bisa menanamkan pikiran baik untuk saat ini, bahwasannya berita itu tak benar.

Seperti yang Beomgyu katakan, bahwa berita itu hanya omong kosong. Untuk saat ini, Jaemin akan mempercayai ucapan Beomgyu. Dan ia akan mengandalkan rasa kemanusiaannya untuk mengkhawatirkan Renjun yang ia ketahui tadi sempat mendapat perlakuan buruk. Bahkan Jaemin juga mendengar orang-orang yang mulai ramai membicarakan Renjun, Jaemin akan mencoba abai akan itu. Ia hanya ingin memastikan Renjun baik-baik saja.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang