30. Refuse story

7.3K 1.3K 83
                                    


"Kau masih berani melakukan hal tadi di depanku?" Jeno mencengkram lengan Haechan, pemuda tan itu dengan beraninya menyakiti Renjun di depan matanya. Apa belum cukup peringatan Jeno waktu itu?

Haechan menjerit kesakitan, suaranya menggema divlorong rumah sakit itu. Dengan seluruh kekuatannya mencoba melepaskan diri dari cengkraman Jeno. "Jeno, kau masih membelanya juga?"

Jeno mengeraskan pegangannya pada Haechan setelah itu melepasnya. "Memangnya kenapa? Aku masih akan terus memperingatkanmu jika kau masih berani berbuat sesukamu."

"Setelah dia membuat Jaemin seperti ini?" Haechan menatap Jeno tak percaya, bahkan Jaemin memiliki kemungkinan tak akan bangun dalam waktu dekat dengan kondisinya yang mengkhawatirkan. Sementara Renjun bisa berjalan dengan baik.

Kekesalan Haechan pada Jaemin karena sebelumnya selalu membela Renjun tak seberapa jika dibandingkan kemarahannya setelah tau sahabatnya masuk rumah sakit setelah tertabrak mobil karena mencoba menarik Renjun dari tengah jalan. Haechan benar-benar sudah berada pada batasnya, kesal bukan main pada Renjun. Bahkan sekarang Jeno seolah berada dipihak Renjun, dengan menyudutkannya karena memarahi Renjun. Padahal Haechan melihat sendiri bagaimana dari tadi Jeno hanya menatap Renjun tak minat.

"Kak Jeno, kau bisa pulang. Aku bisa menunggui kak Jaemin. Bukankah kau harus ke cafe?" Suara Jisung menghentikan kedua orang yang dari tadi saling memandang tak suka.

Haechan kembali duduk di tempatnya, menunggu Mark yang belum kembali sejak tadi izin untuk pergi sebentar. Haechan tak tau kekasihnya itu pergi kemana. Sekarang menyisakan dirinya dan Jisung berdua, setelah Jeno benar-benar pergi.

"Aku akan masuk." Jisung ingin melihat kondisi Jaemin, namun begitu membuka pintu ia melihat tubuh tegap Jaemin yang berbaring dengan peralatan medis yang tertempel di tubuhnya. Jisung tak tega, ia pun mengurungkan diri. Memilih duduk di luar bersama Haechan.

"Kak Haechan, dokter mengatakan apa tentang kak Jaemin?" Tanya yang lebih muda.

"Aku tak terlalu menyimak penjelasan dokter, yang aku tangkap hanya kemungkinan besar Jaemin mengalami koma." Haechan tak terlalu mengerti apa yang dokter sebutkan dari tadi.

Jisung mengangguk-angguk. Lalu, kembali melempar tanya. Yang tak ia sangka adalah pertanyaannya begitu tak disukai Haechan. "Lalu keadaan kak Renjun bagaiman?"

Haechan berdecak jengkel. "Kau juga memperhatikannya? Setelah apa yang terjadi pada Jaemin sekarang?"

"Bukan seperti itu, kak Haechan. Aku hanya belum tau keadaan kak Renjun." Jisung lupa, bahwa Haechan tak menyukai Renjun.

"Dia baik-baik saja, sangat berbeda jauh dari Jaemin. Bukankah dia benar-benar sialan?"

"Haechan perhatikan ucapanmu." Tegur Mark. Ia baru kembali dari ruangan Xiaojun, dan telah mendengar segala cerita Soobin tentang Renjun.

Tentang bagaimana Haechan yang begitu membenci Renjun, ternyata bukan hanya tadi saja Haechan bersikap kasar pada Renjun. Dan bahkan sekarang, kekasihnya itu tak segan memaki Renjun.

"Apa lagi sekarang? Kau juga akan membelanya kak?" Haechan menatap Mark sinis.

"Ia memang tak salah, Haechan. Dan juga berhenti mengganggu Renjun di sekolah sebelum kau menyesali segalanya."

Haechan tersenyum miring mendengar rentetan kata yang diucapakan Mark. "Aku benar-benar tak percaya ini, aku membela Jaemin mati-matian. Dan kalian semua menyudutkanku hanya karena Renjun? Yang benar saja, kalian belum sadar juga dimana kesalahan Renjun yang berada di sekitar kita?"

"Dia anak pembunuh, dan sekarang lihat Jaemin. Ia bahkan nyaris mati, hanya karena berada di sekitarnya. Kalian justru membelanya dan terus menyebut aku berlebihan mengenai ini?" Ujar Haechan menggebu-gebu.

Mark tak mencoba menyela ucapan Haechan, ia tau akan salah jadinya jika ia memotong perkataan Haechan saat ini. Sepertinya ia akan kesulitan menjelaskan pada Haechan situasi yang sebenarnya, tapi ia akan mencoba pelan-pelan. Mengingat bagaimana bencinya Haechan pada Renjun, Mark tak akan terlalu kentara membela Renjun.

Jisung sendiri diam di tempat, mendengar segala luapan emosi Haechan yang tak benar. Jisung tau cerita sebenarnya, dan ia tak menyukai saat Haechan beranggapan bahwa Renjun seburuk itu. Jisung akan mengatakan kebenaran pada Haechan mengenai Renjun, tapi melihat situasi saat ini sepertinya bukan waktu yang tepat. Jisung akan mencoba lain kali.

Melihat Renjun yang diperlakukan kasar oleh Haechan jelas membuat Jeno marah, tapi saat itu Jeno tak melakukan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Renjun yang diperlakukan kasar oleh Haechan jelas membuat Jeno marah, tapi saat itu Jeno tak melakukan apapun. Ia hanya melihat itu, walau diam-diam ikut prihatin melihat beberapa perban di tubuh Renjun. Ia masih kecewa atas Renjun, pemuda mungil itu sebelumnya begitu senang bersamanya saat Jaemin membuat Renjun bersedih. Dan tiba-tiba keesokan harinya Renjun membatalkan janji keduanya, dengan alasan akan pergi dengan Jaemin. Jeno kecewa akan prilaku Renjun itu, dan begitu mendengar kabar bahwa Renjun dan Jaemin kecelakaan. Jeno tertawa sinis dalam hati, lihat apa yang terjadi pada Renjun begitu ia pergi dengan Jaemin. Mungkin jika Renjun memilih pergi dengannya, anak itu tak akan mengalami ini. Maka Jeno tak berniat menanyakan kondisi atau sekedar menyapa Renjun, karena itu salah Renjun sendiri.

Jeno hendak pergi tidur saat dering ponsel membuatnya meraih benda itu, dan mengangkat panggilan dari Jisung itu. Ada apa bocah itu menelponnya selarut ini.

📞 "Kak Jeno, benar kemarin kak Renjun sempat ingin melihat kak Jaemin?" Jisung menelpon Jeno, setelah mendengar kabar dari kakaknya bahwa Renjun terus menyalahkan diri sendiri setelah mencoba menengok Jaemin namun tak mendapatkan izin dari teman-temannya karena mereka berpikir Renjun lah penyebab Jaemin dalam keadaan seperti itu.

Jeno benar-benar tak dalam suasana hati baik, apalagi dengan pembahasan Jaemin dan Renjun di dalamnya. Tapi Jisung justru membawa itu sejak awal percakapan.

"Hmm, lalu apa?" Jeno bertanya malas.

📞 "Kau tidak membantunya, kak?" Jisung tau betul bagaimana Jeno yang selalu berada di samping Renjun saat di sekolah pun, maka ia tak mengerti saat tau Jeno tak melakukan pembelaan pada Renjun.

"Untuk apa?"

Di seberang sana Jisung mengernyit mendengar nada tak peduli itu, ia yakin jika Jeno tau keadaan Renjun yang sebenarnya juga cerita hidup Renjun yang nyata. Jeno tak akan seacuh ini, maka Jisung menarik kesimpulan bahwa Jeno tak tau apapun tentang Renjun. Jisung mengumpat dalam hati, apa Jaemin belum menceritakannya pada Jeno? Lalu sekarang Jisung juga harus menjelaskan pada Jeno juga?

📞 " Kak, kau tau keadaan kak Renjun?"

"Tadi aku melihatnya datang untuk melihat Jaemin, bukankah itu memperlihatkan bagaimana baiknya keadaannya?"

📞"Tidak, bukan itu maksudku. Tapi kenyataan yang mungkin belum kau ketahui."

"Aku tidak mau tau, kau katakan saja hal itu pada Jaemin."

📞 "Ck. Aku juga sudah mengatakannya pada kak Jaemin."

"Ya sudah, untuk apa memberitauku." Jeno kesal, karena Jaemin bahkan lebih tau segalanya tentang Renjun.

Jisung mengerang kesal, kenapa orang-orang begitu menolak cerita sebenarnya. Fakta yang telat terungkap mungkin akan menyisakan penyesalan bagi mereka. Lalu sekarang Jisung harus apa, setelah menghadapi Jeno yang seperti ini. Sulit memberitau Jeno sekarang.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang