20. Library

8.4K 1.4K 75
                                    

Hari ini, kelas Renjun disuruh pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas dari guru yang tidak hadir. Renjun sengaja berjalan paling belakang, setelah memakai kacamatanya terlebih dahulu dari kelas. Tentang kacamata Renjun yang waktu itu hilang, itu benar-benar hilang. Sepertinya orang-orang memang membuangnya, jadilah Renjun membeli lagi yang baru.

Begitu sampai di perpustakaan Renjun berjalan menyusuri rak-rak buku sendirian, setelah mendapat tema buka yang menurutnya pas dengan tugasnya Renjun celingukan mencari tempat duduk yang jauh dari orang lain. Tak mau diganggu ataupun mengganggu kenyamanan orang lain.

"Kemari." Tiba-tiba tangannya ditarik oleh telapak yang kini mulai terasa tak asing, karena bahkan baru tadi pagi Renjun menggenggamnya. Tangan pemuda itu hangat, tak seperti wajahnya yang kadang menampilkan raut dingin.

Renjun mengikuti langkah lebar Jeno menuju salah satu meja panjang yang memang sudah diisi beberapa orang, Jeno sadar akan keraguan Renjun saat melihat ramainya orang disana. "Tetap di dekatku." Jeno menyuruh Renjun di kursi yang berada di ujung, jadi tak ada orang lain di samping kiri Renjun. Sementara Jeno duduk di sisi kanan Renjun.

"Kerjakanlah tugasmu." Jeno bangkit tiba-tiba, Renjun mendongak melihat Jeno yang berjalan memutari meja. Memindahkan kursi yang ada di seberang tempat duduk Renjun ke meja yang lain.

"Kenapa dipindahkan?" Tanya Renjun setelah Jeno kembali duduk di sampingnya.

"Agar tak ada yang duduk di depanmu, dan kau bisa mengerjakan tugasmu tanpa gangguan orang lain." Jawab Jeno sambil membuka bukunya, mulai mengerjakan tugasnya.

Sementara Renjun masih menatap Jeno, mengamati bagaimana rupa menawan Jeno jika dilihat dari samping. Ia masih tertegun akan jawaban Jeno barusan. Hingga ia terkejut saat tiba-tiba Jeno menoleh padanya, dan menunjuk-nunjuk buku Renjun. "Kerjakan, Huang Renjun." Titahnya.

Renjun sama sekali tak tersinggung akan itu, karena yang ia dengar bahwa Jeno mengucapkan namanya dengan lembut. Renjun suka saat Jeno menyebut nama lengkapnya.

"Tanganmu masih sakit?" Jeno bertanya tanpa mengalihkan tatapannya dari buku yang berada di depannya.

"Ini masih sedikit ngilu, tapi baik-baik saja." Renjun mencoba mengepalkan dan membuka kembali tangan kirinya itu.

Setelahnya hanya terdengar suara kertas saat dibuka, juga bunyi alat tulis yang sesekali terjatuh atau memang hanya disimpan dengan gerakan kasar di meja. Menyampaikan bahwa mereka mulai muak dengan tugas itu, hingga terdengar suara bel tanda jam pelajaran itu telah habis tiba. Nyaris semua orang langsung bangkit dari tempat duduknya dengan gembira. Kecuali dua orang yang masih betah duduk di tempat masing-masing.

Renjun fokus mengerjakan tugasnya yang sisa beberapa, sementara Jeno sudah selesai dari tadi. Bahkan dari tadi, Jeno hanya membuka bukunya tanpa dibaca. Sementara matanya memperhatikan Renjun dengan lekat. Punggungnya ia bawa bersandar pada kursi.

"Renjun, kau sudah dengar bel bukan?"

"Aku dengar." Renjun menjawab sambil tetap mencatatat, tak menoleh barang sedetik pun pada Jeno.

"Kau tidak mau pulang?"

"Ini tanggung. Kau bisa pulang duluan Jeno, aku harus mengerjakan ini sedikit lagi."

Mendengar itu Jeno menghela napas, ia tak akan pulang duluan seperti yang Renjun katakan. Meskipun memang tak akan ada yang mengganggu Renjun di perpustakaan, tetap saja Jeno tak mau meninggalkan Renjun sendirian disini.

Jeno mengeluarkan ponselnya. "Kelasmu sudah selesai?" Tanyanya begitu panggilannya dijawab.

📞" Apa memangnya? Mau mengatakan ingin menumpang lagi, lalu tiba-tiba menghilang saat aku mencarimu di parkiran, huh?"    Sinis Jaemin.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang