3. Quiet environment

12.9K 1.7K 33
                                    

Keluarga Beomgyu berkumpul di rumah sakit setelah mendengar kabar mengenai Renjun, mereka tak menyangka akan kembali melihat Renjun yang babak belur dan berakhir terbaring di ranjang rumah sakit lagi. Mereka pikir masa itu sudah terlewati, dimana Renjun kerap mencoba menyakiti dirinya sendiri. Dan menyerah akan hidup. Tangis pilu milik sang pemuda Huang juga ikut membuat yang mendengar merasakan bagaimana putus asanya Renjun. Ternyata kini mereka melihat lagi Renjun yang sama, dan itu membuat mereka sesak. Karena tak bisa melindungi sosok rapuh yang mereka sayang layaknya keluarga mereka.

"Beomgyu, apa Renjun sudah mau makan?" Wanita paruh baya yang menjadi ibu Beomgyu bertanya khawatir, yang ia lihat dari tadi hanya Renjun yang terus terisak.

"Tadi dokter Park sudah membujuknya, dan untungnya ia mau walau beberapa suap." Beomgyu menatap sendu Renjun yang meringkuk diranjang dengan posisi yang membelakangi pintu masuk.

"Apa anak yang sering membully Renjun sudah mendapat hukumannya?" Tanya Beomgyu pada sang ibu, sungguh ia kesal pada orang yang membuat Renjun kembali mengalami trauma. Bahkan meninggalkan luka di tubuh Renjun, Beomgyu tak bisa membayangkan jika ia yang mendapat perlakuan itu.

"Papa sudah melaporkannya pada pihak sekolah." Setelah itu Beomgyu dan sang ibu sibuk membicarakan mengenai bagaimana sekolah Renjun kedepannya.

Melihat kondisi Renjun, anak itu tak mungkin kembali bersekolah dalam waktu dekat. Tapi Beomgyu sudah memastikan bahwa Renjun akan berada di sekolah yang sama dengannya, pindah dari sekolah yang menyisakan ingatan mengerikan bagi Renjun.

Beomgyu tau dulu selama apa mereka menunggu Renjun bangkit dari keterpurukannya, melupakan traumanya. Itu benar-benar butuh kesabaran, dan ia juga ingat bagaimana bersyukurnya ia saat melihat Renjun bisa tersenyum dan kembali berbicara pada mereka. Tak berbeda jauh dengan sekarang, ia juga merasakan perasaan lega yang teramat sangat saat mendapati Renjun tak semurung biasanya. Beomgyu juga tak mendapati Renjun yang menangis terus menerus.

Meski lega, ada perasaan janggal juga saat mengetahui bahwa Renjun pulih dengan cepat. Maka untuk menghindari jika Renjun hanya menyembunyikan traumanya, dan tiba-tiba nanti Renjun terkena syok atau hal buruk lainnya. Keluarga Beomgyu sepakat untuk membuat Renjun homeschooling untuk menyelesaikan tingkat duanya. Sekalian mereka bisa mengawasi masa pemulihan Renjun yang mereka harap benar-benar baik.

"Renjun, bagaimana tugasmu hari ini?" Beomgyu berbaring di sofa ruang tv apartement Renjun, tangannya memainkan rambutnya sendiri. Menunggu jawaban Renjun yang barusan pergi ke dapur.

"Aku sudah menyelesaikannya. Bisakah kau berhenti menanyakan hal itu setiap harinya?" Kesal Renjun diakhir, sungguh Beomgyu selalu menanyakan hal yang sama setiap ia datang.

"Aku kan ingin tau." Beomgyu segera duduk saat Renjun datang membawa sepiring potongan buah.

"Besok Weekend, kita ajak Soobin piknik bagaimana? Lama sekali kita tidak jalan-jalan bertiga." Beomgyu menyuapkan potongan melon ke dalam mulutnya.

"Tidak ada piknik atau jalan-jalan, kau harus belajar. Sebentar lagi ujian." Suara orang yang baru memasuki apartement Renjun, sontak membuat Beomgyu mendelik kesal pada Soobin yang sedang membuka sepatunya.

Sementara Renjun menatap lama sosok Soobin yang masih mengenakan seragam sekolah, Beomgyu tadi datang dengan sudah mengenakan pakaian santai.

"Bukankah menyenangkan pergi ke sekolah?" Tanya Renjun tiba-tiba, ia begitu merindukan saat dirinya memakai seragam dan pergi belajar bersama orang lain di dalam kelas. Tapi kadang rasa takut masih menghantuinya mengenai kata 'sekolah'.

Soobin yang mendengar hal itu, langsung teringat satu hal. Ia mengeluarkan apa yang ia bawa di dalam tas, dan menyimpannya di meja yang ada di hadapan Renjun. "Aku sudah mengambilnya, kupikir waktu berjalan cepat. Tak terasa sebentar lagi kita akan menginjak kelas dua belas."

Beomgyu melihat Renjun yang menatap satu set seragam yang barusan Soobin bawakan, itu seragam yang sama dengan miliknya dan Soobin. Beomgyu menunggu bagaimana reaksi Renjun. Ia sebenarnya takut Renjun masih trauma untuk pergi ke sekolah, tapi beberapa minggu ini ia sering mendengar keluhan Renjun tentang bosannya menjalani homeschooling.

"Kau mau kembali sekolah?" Beomgyu bertanya hati-hati.

Renjun menatap bergantian Beomgyu dan Soobin, ia pikir tak ada lagi yang harus ditakutkan tentang sekolah. Disaat disana ada kedua sahabatnya yang selalu berada di pihaknya, membelanya.

"Kalian tidak banyak berpacaran kan di sekolah? Aku tidak mau jadi penonton drama kalian juga di sekolahan, cukup disini kalian bermesraan di depanku." Renjun mengisyaratkan bahwa ia akan pergi ke sekolah yang sama dengan kedua sahabatnya. Beomgyu dan Soobin yang peka akan isyarat itu langsung tersenyum mendengarnya.

"Tentu saja tidak, Renjun. Apa kau bercanda?" Kata Beomgyu.

Renjun tertawa pelan, ia sangat tau bagaimana hubungan kedua sahabatnya itu. Meskipun berpacaran, keduanya kerap bertengkar karena hal-hal remeh. Sebenarnya tak ada romantis-romantisnya, tapi Renjun sengaja mengatakan hal itu untuk menggoda Beomgyu.

Hari ini adalah hari pertama Renjun menginjakkan kakinya di sekolah baru, harusnya ia datang satu minggu yang lalu saat hari pertama untuk semua siswa kelas dua belas memulai sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari pertama Renjun menginjakkan kakinya di sekolah baru, harusnya ia datang satu minggu yang lalu saat hari pertama untuk semua siswa kelas dua belas memulai sekolah. Tapi Renjun masih sering ragu saat sudah waktunya untuk berangkat sekolah, sampai-sampai membuat Beomgyu dan Soobin gemas melihat Renjun yang seolah baru pertama kali sekolah setelah tujuh belas tahun hidup di dunia.

Soobin bilang mereka bertiga tidak berada di kelas yang sama, tapi tak apa. Renjun pikir ia akan baik-baik saja karena itu bukan sekolah yang sama seperti saat ia kelas sebelas. Kini ia di lingkungan baru, yang semoga saja cukup tenang untuk ia menjalani tingkat terakhir di highschool.

"Kau tidak mungkin akan kembali lagi ke dalam kamarmu, karena sekarang kau sudah di depan gerbang. Renjun." Beomgyu berujar setelah melihat gelagat Renjun yang nyaris membalikkan badannya meninggalkan sekolah.

"Aku tiba-tiba saja gugup." Renjun mengikuti langkah kedua sahabatnya, dengan tangannya yang mencengkram lengan jaket Soobin.

"Tidak apa, itu wajar. Kau asing dengan mereka, tapi aku yakin sebentar lagi kau akan mendapat banyak teman." Beomgyu melingkarkan tangannya di pinggang Renjun, takut-takut anak itu kembali melarikan diri. Dan tak mau sekolah.

"Kau seperti seorang ibu yang sedang membujuk anak tk yang tak mau sekolah." Ejek Soobin pada Beomgyu.

"Berisik!" Beomgyu melotot pada Soobin, tapi dalam hati juga mengiyakan ucapan dominan itu.

Ia memang tengah membujuk sosok mungil yang dilanda gugup di hari pertamanya sekolah, juga Renjun yang dari saat dijemput pun terus merengek tak jelas padanya. Membuat Beomgyu teringat ibunya yang sering menjadi sasaran dirinya merengek.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang