39. Universe reply

8.8K 1.3K 82
                                    


Setelah Jeno pulang, Jaemin tak juga mengikuti perintah kakak Jisung untuk kembali ke ruangannya. Jaemin justru diam di depan ruangan Renjun, ia tak bisa pergi begitu saja dengan keadaan Renjun yang belum ia ketahui jelas. Tadi ibunya juga sudah mengajaknya pulang, namun Jaemin menolak. Menurut dokter Park di dalam sana hanya ada Beomgyu dan keluarganya, Jaemin tak berani nekat masuk juga meningingat ada orang-orang yang harus ia hormati.

"Apa kau teman Renjun?" Seorang wanita paruh baya keluar dari ruangan itu, membuat Jaemin yang dari tadi menunduk kini mendongak dan berdiri.

"Iya." Jaemin mengangguk, ia menerka bahwa wanita ini adalah ibu Beomgyu dilihat dari kemiripin wajahnya.

"Apa kau mau menengoknya? Sepertinya kau bisa masuk, tapi Renjun baru saja tidur setelah menangis dari tadi."

Jaemin mengangguk senang mendengar tawaran itu, sungguh keinginan Jaemin untuk melihat Renjun begitu besar. "Apa boleh?"

Wanita itu mengangguk dan membukakan pintu ruangan tempat Renjun dirawat. "Di dalam hanya ada Beomgyu, tolong temani juga ya. Kebetulan aku harus pergi." Setelah wanita itu pergi dari sana, Jaemin dengan langkah pelan memasuki ruangan itu dan melihat tubuh mungil Renjun berbaring dengan selimut yang menutup sampai dadanya. Jaemin melirik Beomgyu yang menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di sisi ruangan.

Beomgyu membuka matanya mendengar suara langkah seseorang, matanya melihat Jaemin yang mendekati ranjang Renjun. Beomgyu membiarakan, ia tau Jaemin tak akan menyakiti Renjun. Dan Beomgyu harap juga Jaemin bisa membuat Renjun segera sembuh, bukan hanya tentang fisik. Tapi mental Renjun sendiri. Beomgyu dan sang ibu tadi sampai kewalahan menghadapi Renjun yang terus menangis, yang membuatnya dan ibunya ketakutan adalah bahwa Renjun belum mau membuka suaranya. Beomgyu tau leher Renjun baru saja mendapat cekikan kuat, dilihat dari bekasnya kemerahan di kulit Renjun. Namun harusnya Renjun mau setidaknya melirihkan kata sakit, tapi dari tadi Renjun tak juga mengeluh kesakitan. Hingga dokter Park pun mengatakan bahwa luka batin Renjun sudah terlalu besar, hingga anak itu sulit mengungkapkan apa yang ia rasakan. Beomgyu rasa proses sembuh dan bangkitnya Renjun untuk saat ini akan lebih lama dari pada saat pertama anak itu kehilangan keluarganya.

"Kau mau menjaganya sebentar? Aku ingin membeli minum sebentar." Beomgyu ingin membiarkan Jaemin disana sebentar, mengingat sudah lama sekali sejak Jaemin melihat Renjun. Ah, mengenai pertemuan Jaemin dan Renjun. Beomgyu ikut sakit hati mengingat rencananya yang tadinya ingin membuat Renjun bertemu dengan Jaemin setelah Jaemin sadar. Memang mereka kini bertemu, tapi bukan dalam keadaan seperti ini.

Gumaman dari Jaemin membuat Beomgyu segera keluar dari sana.

Sepeninggalnya Beomgyu, Jaemin mengangkat tangannya hendak mengusap dahi Renjun. Namun pergerakannya sempat tertahan, ada ketakutan disana. Takut jika sentuhannya membangunkan Renjun. Jaemin merasakan dadanya berdenyut sakit melihat beberapa luka di wajah Renjun, apa Sean memukul Renjun dengan begitu keras. Dan juga itu terlihat bukan seperti sekali pukulan, Jaemin mengepalkan tangannya memikirkan itu. Ia tak akan memaafkan manusia macam Sean yang dengan beraninya menyakiti Renjun. Bahkan Jaemin mengorbankan tubuh dan kesadarannya untuk melindungi Renjun, tapi dengan mudahnya Sean membuat tubuh Renjun mendapat luka.

"Renjunie." Jaemin memberanikan diri mengusap lembut kepala Renjun. "Harusnya aku tak membiarkanmu terluka seperti ini, maaf." Tiba-tiba Jaemin melihat air mata keluar dari sudut mata Renjun, Jaemin tersentak. Renjun tak tidur? Renjun mendengarnya, atau dirinya membangunkan Renjun?

Lalu Jaemin melihat mata bulat itu terbuka dengan linangan air mata disana, Jaemin kembali sakit melihat bagaimana tatapan sedih Renjun. Renjun menggeleng pelan, Jaemin mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

Renjun tak tidur sejak tadi, ia dari tadi hanya mencoba menutup matanya setelah lelah menangis. Sengaja membuat Beomgyu dan ibu dari pemuda itu berpikir dirinya tidur, agar mereka bisa istirahat tanpa mengkhawatirkannya. Ternyata tak lama ia mendengar suara Jaemin, Renjun menahan diri agar tak menangis mendengar suara yang sudah lama tak ia dengar. Hingga usapan lembut di kepalanya membuat Renjun nyaman, dan saat telinganya mendengar ucapan Jaemin Renjun tak bisa lagi menahan air matanya. Kenapa Jaemin mengucapkan maaf? Harusnya Renjun yang mengucapkan itu. Pikiran Renjun penuh akan rasa bersalah pada semua orang, termasuk Jaemin.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang