29. Blame

7.7K 1.4K 144
                                    


Renjun terbangun dengan Soobin bersamanya, ia bisa merasakan tubuhnya yang ngilu. Saat ia mencoba bangun, kepalanya pusing. Soobin membantunya duduk.

"Jangan terburu-buru, kau itu baru saja tertabrak." Soobin tak menanyakan apa yang sakit pada Renjun, jelas ia tau tubuh Renjun kesakitan semuanya. Apalagi dengan perban yang tertempel di dahinya, tangannya juga dililit perban. Beruntungnya Renjun tak mendapat terlalu banyak luka.

"Jaemin mana?" Tanya Renjun setelah memperhatikan Soobin yang memencet tombol untuk memanggil dokter.

"Dia di ruangan yang lain." Soobin yakin setelah ini Renjun akan menanyakan kondisi Jaemin, dan Soobin bingung harus menjawab apa. Karena jika ia mengatakan yang sesungguhnya, ia tak yakin Renjun akan setenang ini. Sementara Soobin tak mau Renjun kembali terluka akan kenyataan yang ada.

"Dia baik-baik saja kan?"

Baik-baik saja apanya, Jaemin memiliki luka lebih parah dari Renjun karena tubuhnya yang pertama kali terhantam mobil. Juga saat jatuh ke aspal, tubuh Jaemin merengkuh tubuh mungil Renjun. Jelas-jelas Jaemin tak baik-baik saja. Tapi Soobin tak berani mengatakan itu, ia hanya diam meraih tangan Renjun dan mengusapnya.

"Beomgyu tadi sempat kemari, tapi ia harus menemani mama mengurusi kejadian kemarin."

Kemarin? Maksudnya Renjun tak sadarkan diri selama satu hari? Renjun tertegun, namun bukan itu fokusnya saat ini.

"Soobin, kau tau kan ruangan Jaemin dimana? Ayo antar aku, aku ingin melihat keadaannya." Sebenarnya Renjun mulai tak enak hati begitu mendapati Soobin yang seolah enggan membahas Jaemin.

"Renjun, sebentar lagi dokter kemari." Soobin menahan tangan Renjun saat dilihatnya Renjun mulai menuruni ranjang, mencabut infusan yang tertempel dan berjalan susah payah menuju pintu.

"Aku tak mau diam saja disini, sebelum melihat Jaemin." Renjun menyentak tangan Soobin yang menahan lengannya.

Kaki lemasnya, ia seret menelusuri lorong di depannya. Masa bodo, jika Soobin tak mau memberitaunya. Renjun akan cari sendiri.

"Kau salah, kesini." Soobin menyusul Renjun, membawa tubuh Renjun agar menuju jalan ke ruangan tempat Jaemin berada.

Dari tempatnya berdiri, Renjun bisa melihat teman-teman Jaemin disana. Orang yang pertama menyadari kehadirannya adalah Haechan, pemuda tan itu menatapnya tak suka. Saat Renjun semakin mendekati mereka, Haechan bangkit berdiri.

"Ini semua ulahmu, kalau saja Jaemin tidak menolongmu. Ia tak akan masuk rumah sakit dengan luka mengerikan di tubuhnya."

"Apa maksudmu? Itu salah Jaemin sendiri yang melintas tak melihat-lihat." Soobin melayangkan pembelaan.

"Kau tak tau? Saksi mata mengatakan Jaemin menyusul orang ini yang malah duduk di tengah jalan." Haechan menunjuk Renjun.

Renjun yang mendengar itu, air matanya turun begitu saja. Benar, harusnya Jaemin tak membantunya saat itu.

"Manusia sialan, lihat kau hanya mendapat perban kecil seperti ini." Haechan dengan kasar menarik perban yang tertempel di dahi Renjun, membuat Renjun menjerit.

Soobin yang melihat itu, langsung mendorong tubuh Haechan menjauh dari Renjun. Mark yang dari tadi melihat itu langsung menahan tubuh Haechan agar tak jatuh.

"Bisakah kau tak sekasar itu?" Mark menatap Soobin yang kini memeluk Renjun yang menangis.

Soobin jelas tau siapa Mark, karena pemuda itu sempat menjadi kakak kelasnya. Juga kabar mengenai Haechan yanh adalah kekasih pemuda Lee itu.

"Kau tak melihat sendiri, siapa yang mulai berlaku kasar disini? Renjun hanya ingin tau keadaan Jaemin, sementara orang sialan ini dengan kasarnya memaki dan menyakiti Renjun." Setelah mengatakan itu, Soobin mengajak Renjun pergi.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang