Tangis itu langsung pecah setelah Jeno keluar dari ruang kesehatan, mengikuti Jaemin sebelumnya. Renjun menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya, ia mencoba menahan isakannya agar tidak terlalu keras. Setelah apa yang menimpanya beberapa menit lalu, Renjun benar-benar ketakutan. Apa sebenci itu Haechan padanya, bahkan nyaris membuatnya celaka. Mungkin, jika Jeno tak datang tadi. Tubuh Renjun sudah tergeletak di bawah karena dorongan Haechan pada tubuhnya, benar Renjun mungkin tidak mati. Tapi Renjun tak bisa membayangkan bagaimana keadaan tubuhnya jika sampai hal itu terjadi.
"Kenapa ditahan?" Tangan hangat itu menarik telapak tangan Renjun, agar tak menutupi wajahnya.
Setelahnya menyimpan tangan Renjun agar melingkar di pinggang pemuda itu, menarik kepala Renjun agar bersandar di perut sang dominan.Tadi Jeno menuruti perintah Renjun agar keluar dari sini, namun setelah keluar Jeno tak langsung pergi dari sana. Dan ia mendengar saat Renjun mulai menangis, ia pun memutuskan untuk masuk kembali dan tak meninggalkan Renjun sendirian. Anak itu sebenarnya membutuhkan seseorang. Saat Jeno memasuki ruangan itu lagi, ia bisa melihat Renjun yang duduk sambil menutup wajahnya. Bahunya bergetar, tanda anak itu benar-benar menangis.
Begitu mendapati Jeno yang mengusap surainya dengan lembut, Renjun tak segan lagi mengeraskan tangisnya. Jemarinya meremas jaket punggung Jeno, melampiaskan rasa sesak akan ketakutannya. Tak peduli baju Jeno yang akan basah karena air matanya, Renjun terus terisak. Jeno yang untuk kedua kalinya mendengar tangis pilu Renjun, terus mengusap kepala Renjun sesekali ia juga menepuk pelan punggung bergetar itu.
Setelah lelah, Renjun menghentikan tangisnya. Kepalanya ia tetap sandarkan pada perut Jeno, sementar Jeno yang merasakan tangan Renjun yang kini tak lagi berada di pinggangnya, menundukkan kepala untuk melihat Renjun. Anak itu masih mengatur napasnya, Jeno menjauhkan kepala Renjun dari perutnya. Membaringkan tubuh mungil itu, Renjun tak melawan. Hanya menatapnya.
"Maaf." Cicit Renjun saat Jeno mengusak surainya, dan menghapus sisa air mata di pipinya.
Jeno tak menjawab, hanya melihat Renjun. Lalu helaan napas keluar dari mulut Jeno. "Hari ini pulang lebih awal saja, aku akan memberitau Soobin juga tentang Haechan."
"Jangan." Ujar Renjun lemah.
"Soobin akan lebih marah pada Haechan." Lanjut Renjun saat melihat raut bingung dari Jeno.
"Itu bagus, Haechan akan mendapat banyak peringatan tentang ulahnya." Kata Jeno.
"Dan Haechan akan semakin membenciku." Lirih Renjun, Jeno tertegun mendengar itu. Benar juga, tak ada jaminan Haechan diam saja setelah mendapat banyak peringatan darinya ataupun Soobin. Tapi, disini Jeno bahkan belum tau jelas alasan Haechan begitu membenci Renjun. Padahal Haechan baru mengenal Renjun beberapa waktu, tapi kenapa kebenciannya seolah begitu besar hingga ingin mencelakai Renjun separah tadi. Jeno pikir ia akan menanyakannya pada kak Mark nanti.
"Kalaupun aku tidak mengatakannya pada Soobin, orang lain bisa saja memberitaunya. Banyak orang yang melihat kejadian tadi."
"Jaemin bisa saja mengatakannya."
"Tidak akan, Jaemin tak akan mengatakannya." Jawaban Renjun membuat Jeno mengerutkan dahi.
"Aku meminta padanya agar berjanji padaku tidak akan mengadu tentang apa yang orang lain lakukan."Jeno pun ingat, bahwa Jaemin lebih lama mengenal Renjun. Jelas pasti lebih banyak waktu untuk membicarakan itu. Dan memikirkan itu membuat Jeno tak suka, ia ingin juga Renjun banyak bercerita dan meminta bantuan padanya. Jeno ingin Renjun bergantung padanya, bukan hanya pada Jaemin.
Suara pintu yang dibuka kasar membuat Jeno dan Renjun menoleh, Soobin yang baru saja mereka bicarakan berdiri disana. Lalu berjalan menghampiri Renjun. "Kenapa tidak usah mengatakannya padaku? Kau ingin terus kesakitan seperti itu? Sendirian saat orang lain mulai menyakitimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
a lot like love ✔
FanficNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb boyslove