21. Light kiss

9.6K 1.4K 95
                                    


Renjun dan Jaemin berjalan berdampingan dengan Jeno yang memimpin di depan, keduanya tak tau bahwa muka Jeno sudah menampilkan raut masam. Kesal karena Renjun tampak lebih akrab dengan Jaemin, tapi Jeno juga tak bisa menyalahkan Renjun sepenuhnya. Jeno tau sikapnya pada Renjun sebelumnya macam apa, ia terkesan tak peduli dan dingin pada Renjun. Tapi kan itu memang diri Jeno, ia juga tak tau sebelumnya bahwa Renjun bisa sebesar ini mempengaruhinya.

"Renjun, kau tidak pulang setiap hari dengan Beomgyu dan Soobin?" Jeno bertanya begitu tak mendengar obrolan Jaemin dan Renjun lagi.

"Tidak, berangkat sekolah juga aku kadang sendiri." Jawab Renjun, ia menatap punggung tegap Jeno yang berjalan di depannya.

"Hari ini kau bisa pulang denganku, Soobin sepertinya sudah pulang." Ujar Jeno begitu mereka sampai di dekat tempat parkir kendaraan siswa.

Jaemin menoleh cepat pada Jeno dengan raut tak setuju. "Tidak, aku yang akan mengantar Renjun pulang."

"Kenapa dari tadi kau terus melawanku?" Jeno berdecak jengkel pada Jaemin yang kini mulai meraih tangan Renjun untuk menuju mobil Jaemin.

"Na Jaemin!" Jeno sudah nyaris menyentuh tangan Renjun yang satunya untuk ia tarik, namun ia sadar bahwa itu tangan kiri Renjun yang sempat disakiti oleh Sean. Maka Jeno tak jadi membawa tangan Renjun untuk ia pegang, ia juga berpikir tak mungkin mengantarkan Renjun pulang dengan motornya. Meskipun Renjun bilang tangannya baik-baik saja, Jeno tak mau tangan Renjun harus kesulitan berpegangan padanya disaat tangannya nyaris remuk tadi pagi.

"Antar dia pulang dengan selamat." Lebih baik membiarkan Renjun pulang dengan Jaemin yang membawa mobil.

"Tentu saja." Jaemin senang karena akhirnya ia yang menang kali ini. Ia segera membawa Renjun untuk memasuki mobilnya, dan setelah ia ikut masuk. Ia merasakan kehadiran seseorang di sebelah kaca mobil yang dekat tempat Renjun.

Jeno sudah menaiki motornya lengkap dengan helm dan jaketnya, ia sengaja berhenti di dekat mobil Jaemin. Pemuda itu mengetuk jendela yang terdapat Renjun dibaliknya, lalu kaca itu terbuka.

"Jangan mengebut." Jeno memperingatkan Jaemin yang kini mendengus tak suka. Jika mau berbicara padanya, kenapa harus berhenti di dekat Renjun? Harusnya Jeno berhenti dan berbicara di sisi yang ada dirinya.

"Aku tidak pernah mengebut saat bersama Renjun." Jaemin mendelik pada Jeno yang kini bergumam sendiri mendengar ucapan Jaemin. Anak itu berarti sudah pernah mengantar Renjun pulang sebelumnya, itu yang Jeno tangkap dari cara berbicara Jaemin barusan.

Jeno tak lagi berbicara setelah itu, ia segera pergi duluan dari sana. Jeno tak langsung pulang kerumah, ia menuju cafe milik mamanya untuk menengok sebentar. Dan begitu sampai ditempat tujuan, Jeno mengernyit melihat mobil Mark terparkir di depan sana. Biasanya sepupunya selalu menghubunginya terlebih dahulu jika hendak ke cafe.

"Kenapa baru datang disaat pesanannya sudah selesai dibuat?" Mark berujar sebal melihat Jeno yang baru memasuki cafe.

Halis Jeno terangkat sebelah, ia baru datang dan langsung mendapat omelan Mark. "Aku tidak tau ada pesanan. Lagi pula aku baru pulang sekolah."

"Dan kenapa kau disini?"

"Tentu saja mamamu yang menyeretku, mengatakan disini butuh bantuan karena pesanan macaroon dan cookies yang cukup banyak." Mark membuka sarung tangannya yang dari tadi ia gunakan saat memasukkan makanan manis itu ke dalam kardus.

"Mama masih disini?" Tanya Jeno, dan dijawab anggukan oleh Mark.

"Aku akan menyapa mama sebentar." Jeno memasuki area cafe lebih dalam.

Mark meraih latte pesanannya, dan duduk dikursi paling dekat dengan tempatnya. Tak lama, Jeno kembali dan duduk di kursi yang menghadap Mark.

Melihat sepupunya, Jeno teringat sesuatu yang harus ia tanyakan pada Mark. "Kak, kau bilang dulu kau berteman dengan kakak Renjun. Siapa nama kakaknya?"

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang