11. Repeated lies

8.7K 1.3K 43
                                    


📞 " Renjun? Kau sudah pulang? Aku ke kelasmu dan sudah kosong."

"Iya, sudah. Tadi memang ada jam kosong, jadi pulang lebih awal." Renjun duduk di lobby rumah sakit. Ia belum mau pulang ke apartementnya.

📞 "Lalu sekarang kau dimana? Soobin bilang kau tidak ada di apartement."

"Aku ke rumah sakit. Ingin bertemu kak Xiaojun." Jawab Renjun.

📞 "Benarkah? Kau tidak berbohong bukan? Kau baik-baik saja kan?"

"Aku benar-benar bertemu kak Xiao, tapi dia masih tidur." Suara Renjun memelan.

Hening beberapa saat, sepertinya Beomgyu juga bingung ingin berkata apa. Ia tak enak setelah mendengar suara lirih milik Renjun. Kesedihan yang dirasakan Renjun saat kakaknya dinyatakan koma, masih Beomgyu ingat. Dan ia juga bisa merasakan seberapa kehilangannya Renjun saat itu.

📞 "Renjun, kau masih di rumah sakit kan? Biar aku jemput."

"Tidak usah, aku sudah naik bis."

📞"Begitu ya? ya sudah hati-hati."

Naik bis apanya, Renjun hanya ingin menghindari Beomgyu dan Soobin untuk saat ini. Tak mau sampai kedua orang itu tau tentang lukanya. Luka di sudut bibirnya tak parah, bahkan Renjun yakin jika dilihat dari jarak yang tak terlalu dekat itu tak akan terlihat. Maka Renjun akan menghindari berdekatan dulu dengan kedua kawannya itu.

Renjun menghela napas, ia akan mulai berbohong lagi pada Beomgyu dan Soobin.

Jeno tau siapa sosok yang berjalan di depannya, postur mungil itu begitu mudah dikenali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno tau siapa sosok yang berjalan di depannya, postur mungil itu begitu mudah dikenali. Dan Jeno aneh melihat pemuda mungil itu berangkat sendirian, bukankah jika tak salah mengingat Renjun selalu berangkat bersama Beomgyu dan Soobin.

Ya, pemuda mungil yang berjalan di depan Jeno adalah Renjun.

Jeno melihat bagaimana surai Renjun begerak kecil saat angin menerpanya, lucu. Tanpa sadar Jeno tersenyum tipis. Namun senyum kecilnya lenyap begitu memasuki kelas, sebuah penghapus papan tulis melayang di depan matanya dan mengenai kepala Renjun. Juga disusul buku tebal yang nyaris mengenainya. Jeno menoleh cepat pada orang di balik pelemparan itu.

Renjun memegangi kepalanya yang sakit, lalu berbalik kebelakang saat mendengar sebuah benda kembali terlempar namun tak mengenainya. Karena ditangkap oleh Jeno. Renjun tersenyum lega, selain karena ia tak jadi terkena hantaman buku tebal itu. Ternyata Jeno juga tak kena lemparan itu, Renjun takut karena dirinya Jeno terluka. Ah, iya mungkin dirinya harus berbicara pada Jeno agar membuat jarak dengan Renjun saat berjalan. Bukan maksud Renjun menganggap Jeno mendekatinya barusan, hanya saja ia tak mau hal seperti barusan terulang. Orang yang berada di sekitarnya nyaris ikut terluka.

"Kau berniat mencelakai orang?" Jeno menatap tajam orang yang ia duga pelaku, bagaimana bisa orang itu dengan seenaknya melempar benda keras pada orang lain. Dan juga, ini mengenai kepala Renjun. Bagaimana jika sampai terluka.

Pelaku itu ternyata seorang gadis, Jeno mudah menebaknya. Karena hanya gadis bermata besar dengan rambut berponi itulah yang terlihat gelagapan. "Jeno, maaf. Aku tidak bermaksud melakukannya padamu, aku hendak melemparnya pada Renjun."

Beberapa orang yang sudah datang di kelas itu, bisa melihat ketakutan gadis itu menghadapi suara Jeno yang terdengar kesal.

"Itu sama saja. Kau ingin aku laporkan pada kesiswaan? Bahkan buku ini nyaris mengenai kepalaku."

Renjun masih berdiri ditempatnya, melihat Jeno yang berjalan mendekati gadis itu, ia mengangkat buku yang ia bawa membuat gerakan hendak memukulkannya pada gadis itu. Bahkan gadis itu sudah memejamkan matanya takut, teman-temannya ikut meringis jika sampai buku itu mengenai temannya.

Suara pukulan itu menggema di dalam kelas, membuktikan marahnya Jeno akan hal yang terjadi barusan. Gadis itu menjerit saat Jeno memukul mejanya, ia pikir dirinya yang akan kena pukulan itu. Ternyata Jeno melakukannya pada meja.

"Berhenti, sebelum aku benar-benar melayangkan ini pada pipimu." Setelahnya Jeno melempar buku itu dengan kasar pada gadis yang kini bersumpah pada dirinya sendiri tak akan menjahili Renjun disaat ada Jeno disana.

Jeno bisa melihat dari ekor matanya bahwa Renjun menatapnya, dan ia balik menatap pemuda itu. Jeno duduk dikursinya, menerima tatap penuh terimakasih dari Renjun. Heh? Apa-apaan? Sungguh, ia melakukan hal barusan bukan karena ingin menolong Renjun. Tapi memang ia juga marah karena nyaris kena sasaran.

Itu yang diyakini Jeno, tanpa menanyakan dengan pasti pada hatinya sendiri. Bahwa mungkin Jeno memang ingin membantu sang pemuda China.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang