Xiaojun menatap kedua orangtuanya yang kini tergeletak dengan luka tembak di tubuh mereka masing-masing, air matanya sudah membasahi pipinya. Namun tak ada waktu lagi untuk hanya sekedar menangisi jasad kedua orangtuanya, ia harus menyelamatkan adiknya. Renjun.
Adiknya itu memang belum datang ke gedung ini, karena tadi anak itu merengek ingin berangkat bersama kedua temannya Soobin dan Beomgyu. Padahal harusnya Renjun berangkat bersamanya dan ayah ibu mereka, tapi Xiaojun kini bersyukur karena adiknya dengan kukuh tak mau datang bersama mereka. Karena begitu sampai digedung dan tamu-tamu mulai berdatangan, tiba-tiba seorang pelayan memintanya menuju ruangan yang ada di area belakang gedung, awalnya Xiaojun tak mencurigai apapun hingga tiba-tiba kedua orangtuanya pun datang ke ruangan yang sama diikuti wanita yang Xiaojun kenal, bibinya. Adik perempuan dari Tuan Huang begitu terobsesi dengan harta yang dihasilkan oleh para mafia, namun Tuan Huang berniat menutup segala hal yang berhubungan dengan mafia dalam keluarganya. Ia benar-benar ingin menghentikan segala transaksi gelap dan pekerjaan itu dalam keluarga Huang, karena Tuan Huang anak laki-laki ia memiliki hak melakukan apapun pada pekerjaan turun temurun itu setelah tetua mereka tak ada. Sementara adik perempuannya dengan egois menginginkan itu,dan karena tidak diberikannya hal itu oleh tuan Huang. Perempuan itu menyimpan dendam dan mulai ingin menghancurkan keluarga kakaknya sendiri.
Hal yang tak pernah Xiaojun duga adalah perempuan yang harusnya menjadi bibi yang baik untuknya justru menembak kedua orangtuanya dengan brutal hanya karena ayahnya menolak keinginannya. Bibinya sudah mengarahkan pistol itu padanya, Xiaojun tadinya hendak menyerahkan hidupnya juga toh tak ada gunanya ia melawan. Tangannya dicekal dan ancaman itu meluncur dari mulut bibinya.
"Kau anak laki-laki dari kakakku, kau memiliki hak untuk melanjutkan pekerjaan itu. Kuperingatkan kau, ikuti kemauanku atau adikmu yang manis akan lenyap."
Xiaojun ingat, ia tak bisa meninggalkan adiknya begitu saja. Adiknya masih remaja dan dalam masa senang-senangnya menikmati hidup, Xiaojun tak bisa membiarkan adiknya mati. Maka dengan seluruh keinginannya dalam menolong adiknya, Xiaojun melawan bibinya. Xiaojun pun nyaris tak percaya akan apa yang dilakukannya sendiri. Xiaojun berlari menuju pintu keluar dari ruangan itu, hendak melaporkan bibinya. Juga meminta tolong pada tamu undangan.
Hingga sebuah tembakan mengenai bahunya, Xiaojun jatuh terduduk di ambang pintu.
"Xiaojun, aku bahkan menyiapkan alat peledak untuk menghancurkan keluargamu ini. Aku tak peduli kalau aku juga ikut mati, yang penting keluargamu hancur jika tak mau mengikuti keinginanku."
Xiaojun menoleh dan mengatai bibinya itu. "Wanita gila" Setelah itu Xiaojun melihat bibinya mengambil ponsel dan menelpon seseorang, Xiaojun mendengar bibinya mengatakan agar segera meledakkan tempat itu.
Sulung Huang itu tersentak, tidak. Jangan sampai Renjun sudah tiba disini dan mengalami hal buruk, maka Xiaojun segera bangkit dan mengabaikan rasa sakit di bahunya untuk berlari menuju keluar gedung. Bibinya ikut mengejar, Xiaojun mempercepat laju kakinya. Saat tiba di luar ia melihat mobil keluarga Choi yang baru datang, bertepatan dengan itu suara ledakan besar terdengar . Xiaojun tak peduli itu dari mana asalnya, yang jelas kini matanya menangkap sosok adiknya yang hendak keluar dari dalam mobil kini terkejut mendengar suara ledakan barusan.
Xiaojun menoleh kebelakangnya, ke arah gedung yang harusnya jadi saksi ia mengikat hubungan dengan kekasihnya. Namun justru berakhir dengan terbakarnya gedung itu, dan kedua orangtuanya yang mati didalam sana. Xiaojun pun tau calon tunangannya sudah datang dan kemungkinan besar kini terjebak dalam api besar yang kini melahap gedung itu. Xiaojun lalu menangkap pergerakan bibinya yang mengacungkan pistol, Xiaojun tau bukan dirinya sasarannya karena dilihat dari arah pistol itu bukan padanya. Namun pada Renjun. Xiaojun segera berlari ke arah Renjun, memeluk tubuh mungil yang tersentak saat suara ledakan tadi disusul suara tembakan yang begitu dekat dengan telinga Renjun. Tangis Renjun pecah begitu melihat kakaknya memeluknya erat, namun punggungnya terkena tembakan yang Renjun tak tau asalnya dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
a lot like love ✔
Fiksi PenggemarNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb boyslove