36. Hurt by it

8.6K 1.3K 85
                                    

Begitu Beomgyu menariknya untuk makan siang, tubuh Renjun bertabrakan dengan Jeno yang ternyata berdiri tak jauh dari bangkunya. Renjun ingin meminta maaf, karena takut Jeno semakin marah padanya. Tapi tak bisa, karena Beomgyu langsung menyeretnya keluar tanpa menunggu persetujuan Renjun. Renjun hanya bisa berharap agar Jeno mengerti bahwa kejadian barusan itu karena ulah Beomgyu, dan tak bertambah marah padanya. Renjun takut akan kemarahan Jeno. Sekarang bahkan Renjun tak berani lagi untuk sekedar menengok ke arah Jeno, takut jika saat mata mereka bersitatap, dingin lagi yang Renjun rasa dari Jeno.

Saat tengah menikmati makanannya, Renjun merasakan lengan almamaternya basah. Renjun yakin lukanya kembali terbuka, harusnya tadi ia menutupnya dengan kain kasa sebelum ke sekolah. Untuk mencegah noda darah yang bisa terlihat oleh Beomgyu dan Soobin.

"Aku akan kebkelas duluan." Renjun bangkit dari duduknya, mendapat tatapan bingung dari Beomgyu. "Kenapa? Makananmu belum habis."

"Aku sudah kenyang."

"Ah, okay. Renjun, pulang sekolah nanti kita ke rumah sakit bagaimana?" Pertanyaan Beomgyu membuat tubuh Renjun menegang, apa Beomgyu sadar akan luka di lengannya? Hingga mengajaknya ke rumah sakit.

"Ada apa?" Tanya Renjun dengan was-was.

Beomgyu berniat membawa Renjun menemui Jaemin, mengingat bagaimana dulu Renjun begitu ingin menengok pemuda Na. Dan Beomgyu berniat memberi kejutan tentang kabar bahwa Jaemin telah sadar, jadi ia tidak dulu memberitau Renjun. "Menengok Jaemin dan Kak Xiaojun."

"Beomgyu, Haechan akan marah kalau tau aku ingin melihat Jaemin." Renjun berkata lesu. Ia ingin melihat Jaemin, tapi kadang dirinya ingat bagaimana larangan Haechan akan itu. Renjun takut membuat Haechan semakin marah dan membencinya.

"Aku akan mengurus anak itu, kau bisa melihat Jaemin sesukamu. Lagi pula, kau tak pernah menjenguknya sekalipun." Ucapan Beomgyu cukup membuat Renjun memiliki lagi keinginan untuk melihat Jaemin, jadi ia hanya mengangguk dan menyetujui ajakan Beomgyu.

Mengenai lukanya, Renjun akan terus menyembunyikan itu. Seperti saat ini, Renjun tak langsung ke kelas. Ia ke ruang kesehatan dulu, untuk menutup luka dilengannya agar tak terlalu mengeluarkan banyak darah. Apalagi mengingat pulang sekolah nanti ia akan pergi ke rumah sakit, ia tak mau bertemu dokter park yang bisa mencurigainya. Jadi Renjun akan menutup luka itu dengan rapi, untuk saat ini.

"Kak Renjun, sedang apa?" Suara berat itu membuat Renjun tersentak dan melempar kembali kain kasa yang sudah ia pegang.

"Jisung, aku mencari— tissu ." Renjun bersyukur karena Jisung datang sebelum ia mengurus lukanya, bahkan Renjun belum membuka lengan almamaternya. Jadi tak sulit menyembunyikan apa yang ia lakukan.

"Kau sedang apa?" Renjun bertanya balik.

"Aku barusan sudah menemui temanku, kebetulan aku melihat pintu ini terbuka dan melihatmu. Jadi aku kemari." Jisung menjelaskan, Dldan ia teringat sesuatu. Jisung tak bisa untuk tak tersenyum saat hendak mengatakannya pada Renjun. "Kak Renjun, apa sudah tau kalau kak Jaemin sudah sadar?" Jisung tau sedekat apa Renjun dengan Jaemin, maka ia yakin Renjun akan senang mendengar kabar ini.

"Huh?" Renjun linglung seketika, benarkah? Jaemin sudah bangun?

Renjun hanya diam tak merespon apapun begitu Jisung menceritakan bangunnya Jaemin dari koma, juga Jaemin yang tau akan hilangnya Renjun kemarin. Dan berakhir ajakan Jisung pada Renjun agar nanti pulang sekolah menengok Jaemin dengannya.

"Tadi Beomgyu juga mengajakku kesana, tapi tidak mengatakan kalau Jaemin sudah sadar."

"Benarkah?"

Renjun mengangguk, "Aku akan menghubungi Beomgyu, nanti kita temui Jaemin bersama."

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang