Jeno sadar bahwa teman-teman sekelasnya tak lagi berani menganggu Renjun setelah kejadian tempo hari saat ia memarahi salah satu gadis. Sepertinya kabar itu sudah menyebar di kelas, jadi mereka diam paling hanya melempar tatapan sinis pada Renjun. Dan entah kenapa melihat itu Jeno lega, karena Renjun baik-baik saja. Setidaknya selama mata Jeno bisa menjangkaunya.
Jeno ingat, Renjun sempat berterimakasih padanya.
"Aku marah karena kepalaku juga nyaris kena." Itu jawaban Jeno, ia tak merasa bahwa dirinya melindungi Renjun saat itu. Karena Renjun memang sudah kena hantaman. Tak ada yang ia lindungi dan tolong.
Dan mengenai perkataan Jaemin tentang alasan Renjun saat itu terlihat begitu kacau, Jeno juga ikut khawatir mendengarnya. Kenapa orang-orang begitu nekat melakukan hal-hal itu, jika pun 'iya' Renjun seorang pembunuh bukankah harusnya anak itu bisa melawan penindasan yang ia terima. Tapi kan selama ini Renjun hanya diam. Dan juga jika keluarganya seorang pembunuh, pihak kepolisian harusnya tak membiarkannya berkeliaran bebas mengingat waktu kejadian yang menjadi penyebab awal mula berita tentang keluarga Huang muncul baru beberapa bulan berlalu.
Menurutnya, bisa saja teman-teman satu sekolahannya terlalu mudah terpengaruh. Tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. Jeno rasa memang disini ada kesalahpahaman, mengingat perkataan kak Mark. Bahwa setau sepupunya itu, keluarga Renjun adalah keluarga baik-baik. Itulah kenapa keluarga pebisnis seperti keluarga Beomgyu dan Soobin betah menjalin kerja sama. Bahkan anak mereka berkawan baik. Jeno pikir ia lebih mempercayai sepupunya itu, karena Mark bukan orang yang mudah terpengaruh macam teman-temannya. Pemuda Agustus itu, selalu hati-hati dalam mencari berita.
"Sebelum melanjutkan Bab pembelajaran yang akan kita bahas. Hari ini, kita latihan tentang Bab yang sudah kita pelajari. Sekarang saya akan bagikan kertasnya, isi dengan baik seluruh pertanyaannya." Guru wanita itu mulai membagikan kertas.
Renjun meraih tempat kacamatanya, hendak memakai benda yang membantunya membaca itu. Dan saat membukanya, ia tak menemukan apa yang ia cari. Perasaan Renjun mulai tak enak. Ia ganti membuka tasnya, mencari kacamatanya itu. Sungguh, jika ia tak bisa menemukannya. Ia akan kesulitan mengerjakan latihan hari ini.
Apa mereka kembali berulah, dengan menjahilinya seperti ini? Sudah cukup tenang sekolah Renjun beberapa hari ini, karena ia selalu bersama Jaemin. Atau Soobin dan Beomgyu. Orang-orang seolah memang tak berani melakukan hal buruk padanya jika ada salah satu dari ketiga temannya itu. Tapi dikelasnya pun, yang tak menghadirkan salahsatu dari ketiganya, hidup Renjun tetap aman. Semenjak kejadian Jeno yang marah karena nyaris kena lemparan buku.
Bolehkah Renjun menyebut Jeno juga pelindungnya? Meskipun saat itu Jeno mengatakan bahwa ia marah karena dirinya nyaris kena pukul, Renjun tak sakit hati. Itu memang harus seperti itu. Tapi bagian dari hati Renjun menganggap Jeno tetap orang yang membuatnya baik-baik saja.
Dan sepertinya orang-orang sudah muak hanya diam saja beberapa waktu ini, hingga sekarang mereka mulai menjahilinya tanpa kekerasan fisik yang dilakukan terang-terangan.
Jeno menunggu sang guru membagikan, dan selagi itu Jeno hendak mengambil tempat kacamatanya. Saat matanya melihat Renjun tengah menggeledah isi tasnya sendiri, dan mengeluarkan tempat kacamatanya. Ia juga melihat bagaimana Renjun berkali-kali memastikan kedalam tasnya lagi. Dan berakhir menghela napas, Jeno terus melihat hal itu. Mencari tau apa yang membuat Renjun terlihat resah.
Renjun tak berharap mendapat nilai besar di pelajaran ini, karena penglihatannya saja tak cukup baik untuk membaca tulisan didalam kertas yang diberikan guru barusan. Renjun rasa ia akan menghabiskan lebih banyak waktu hanya untuk mengerjakan satu soalpun, dan jika waktunya tak cukup Renjun akan mengasal mengisi sisa soal yang belum ia kerjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
a lot like love ✔
FanfictionNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb boyslove