Renjun masih menyalin catatan saat bel istirahat sudah berbunyi, jadi ia tidak tergesa-gesa untuk keluar dari kelas. Lagi pula tadi Beomgyu mengatakan padanya agar menunggu pemuda itu menemuinya, jadi Renjun akan diam di kelas hingga Beomgyu atau Soobin menghampirinya."Lee Jeno, sialan! Apa yang kau katakan pada orangtuaku?!" Suara yang berasal dari sosok yang berdiri di ambang pintu, terdengar begitu kesal apalagi dengan mata yang menatap sengit Jeno yang masih duduk di kursinya. Renjun melihat sekilas pemilik suara berat itu, yang sudah dipastikan bukan dari kelas yang sama dengannya.
"Apa? Aku hanya mengatakan kamis lalu kau membolos untuk bermain game di belakang sekolah." Jawab Jeno ringan, ia menatap malas sobat sejak kecilnya itu.
"Kenapa pula kau mengadukannya pada ibuku?! Kau tau sekarang semua komputerku terancam menghilang dari kamarku!"
"Aku tak peduli."
"Makhluk sialan ini—"
"Jangan berlebihan Jaemin, itu hanya komputer. Kau masih memiliki ponselmu."
Jaemin? Renjun mengulang nama itu dalam hatinya.
Mendengar nama yang dari tadi membuat Renjun penasaran, jelas saja simungil langsung mendongak guna melihat seperti apa sosok itu. Tampan, itu yang Renjun tangkap sejak awal.
Jaemin harusnya masih mengamuk Jeno, tapi matanya menangkap binar asing yang begitu menawan tengah menatapnya. Jaemin tersenyum saat matanya bersitatap dengan binar cantik itu. Saat tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Kau Renjun?" Jaemin berjalan menghampiri Renjun yang mengerjap bingung karena Jaemin mengetahui namanya.
Renjun mengangguk sebagai jawaban, ia bisa melihat Jaemin yang kini menarik kursi agar duduk di dekatnya. "Kau benar-benar persis seperti yang Soobin bicarakan."
Wangi parfum dominan berperawakan tinggi itu langsung memasuki penciuman Renjun."Aku satu kelas dengan Soobin, tadi ia telat datang ke kelas dan mengatakan baru mengantar temannya yang baru pindah hari ini. Ia menjelaskan ciri fisikmu padaku, dan aku menemukanmu." Jaemin menjelaskan dengan riang, senyum hangat tak hentinya terulas di wajah tampan itu.
Sungguh, Jaemin bisa langsung menebak bahwa pemuda mungil ini adalah Renjun. Selain karena wajahnya yang asing, juga rincian Soobin mengenai sosok Renjun begitu tepat. Kecuali kacamata yang dengan apik menghiasi mata bulat itu. Tadi, Soobin tak mengatakan bahwa Renjun itu berkacamata.
"Begitu ya?" Renjun meringis di akhir kalimatnya, tak tau mesti berkata apa.
"Kau tidak pergi ke kantin?" Tanya Jaemin, seolah tau bahwa Renjun begitu canggung padanya. Jaemin mengeluarkan lagi tanya.
"Aku masih harus menyalin itu." Renjun menunjuk papan tulis, Jaemin mengikuti kemana arah telunjuk itu. Dan mengangguk setelahnya.
"Maaf, aku malah mengganggumu. Kau bisa melanjutkan kegiatan menulismu." Ujar Jaemin, Renjun tersenyum canggung begitu matanya kembali tak sengaja menatap netra milik Jaemin.
Renjun pikir, setelah mengatakan itu Jaemin akan pergi dan meninggalkannya. Ternyata pemuda itu masih duduk di dekatnya sambil memainkan ponselnya, Renjun tak tahan untuk tak melempar tanya.
"Kau tidak ke kantin?" Renjun mengulang kalimat tanya yang tadi Jaemin beri untuknya.
Jaemin mematikan ponselnya, dan melihat pemuda mungil yang kini sudah melepas benda yang tadi membingkai matanya. Dan Jaemin bisa melihat jelas bagaimana mata Renjun yang berkilauan, cantik sekali. "Aku menunggumu."
"Huh?"
"Aku akan makan siang denganmu. Apa sudah selesai?" Jaemin tak melihat lagi buku yang berserakan di atas meja Renjun.
"Sudah." Kata Renjun.
"Tunggu, tapi tadi Soobin bilang akan kemari."
"Kita akan bertemu dengannya, ayo aku tidak akan menculikmu kok." Jaemin meraih lengan Renjun, untuk ia ajak keluar.
Renjun mengekor di belakang dominan yang ia sadari memiliki bahu yang lebar, tangan besarnya terasa hangat saat menarik tangannya.
Cara berbicaranya begitu lembut, dan aura yang dimilikinya begitu nyaman bagi Renjun. Benar yang dikatakan Soobin, bahwa Jaemin begitu ramah dan berbeda dengan Jeno yang bahkan senyum tipisnya pun belum Renjun temui sampai detik ini.
Pemuda yang Renjun kenal terlihat berlari dari arah berlawanan menghampirinya. "Renjun, maaf aku lama untuk ke kelasmu. Tadi aku harus menyetor dulu tugas."
"Tidak apa. Aku juga baru selesai mencatat."
"Eh? Jaemin?" Beomgyu menunjuk tangan Jaemin yang melingkupi tangan mungil Renjun. "Kalian sudah saling kenal?"
Baru sadar akan itu, Jaemin langsung menatap Renjun penuh permintaan maaf. Renjun yang melihatnya mengangkat sebelah halis tak mengerti.
"Maaf, aku dari tadi bersikap sok akrab padamu. Padahal aku bahkan belum menyebutkan namaku padamu."
Beomgyu tertawa begitu sadar akan situasi macam apa yang terjadi antara dua anak adam di depannya ini, sementara Renjun pun hanya tersenyum saat Jaemin memperkenalkan dirinya. Yang seharusnya dilakukan dari tadi. Jaemin terlalu bersemangat saat berjumpa dengan sosok baru yang begitu menawan menurutnya itu, hingga lupa bahwa ia bahkan belum mengenalkan diri.
"Bagaimana dengan kelas barumu?" Soobin menyodorkan air mineral pada Renjun yang baru selesai menghabiskan makan siangnya.
"Tak ada yang bersikap sama seperti di sekolah lamamu, kan?" Beomgyu ikut bertanya penasaran. Takut-takut Renjun kembali mendapat perlakuan buruk.
"Memangnya ada apa dengan sekolah lamamu?" Kini Jaemin ikut bertanya, pemuda itu dari tadi diam memperhatikan. Namun begitu mendengar kata yang Beomgyu ucapkan, ia penasaran.
"Aku baik-baik saja, tak ada lagi hal seperti dulu." Jawab Renjun, lalu matanya beralih pada Jaemin yang duduk di seberangnya.
"Tak ada apapun." Renjun tersenyum kecil setelahnya.
Ia senang telah kembali bersekolah, juga lingkungan baru ini terasa lebih tentram baginya. Tak ada tatapan mencemooh atau umpatan untuknya, apalagi kekerasan yang ia terima. Itu tak ada. Renjun harap sekolah barunya ini benar-benar tak akan mengungkit hal buruk untuknya, ia berharap banyak akan kehadiran Soobin dan Beomgyu juga disini. Semoga tak ada lagi peristiwa buruk yang menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
a lot like love ✔
FanficNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb boyslove