32. Is lost

7.7K 1.3K 117
                                    


Kabar tentang Jaemin yang mengalami koma sudah menyebar di sekolah, tentu kabar itu disertai dengan penyalahan atas Renjun. Satu minggu berlalu, Renjun tak mendapat kekerasan fisik. Hanya hujaman kata-kata makian dan cemoohan yang Renjun dapat. Mereka masih tak berani main fisik bukan hanya karena tau dirinya baru pulang dari rumah sakit, tapi karena tau biasanya akan ada Jaemin atau Jeno yang membelanya. Sekarang Jaemin tak ada, hanya menyisakan Jeno. Dan orang-orang mulai memperhatikan bahwa Jeno tak sedekat itu lagi dengan Renjun, mereka sadar bahwa Jeno menjaga jarak dengan Renjun. Dan hal itu membuat mereka mulai berani lagi menyakiti Renjun.

"Kau berharap seseorang menolongmu seperti Jaemin dan Jeno dulu?" Seseorang mendorong kepala Renjun hingga nyaris menyentuh lantai kamar mandi.

Renjun baru selesai makan siang bersama Beomgyu dan Soobin, ia hendak pergi mencuci tangan sebentar dan menolak tawaran Beomgyu untuk menemaninya karena dirasa memang akhir-akhir ini sudah tak ada yang berani menyakitinya. Ternyata segalanya baru dimulai kembali, ada rasa syukur yang Renjun ucapkan dalam hati karena tak menerima tawaran Beomgyu tadi. Ia tak mau Beomgyu ikut terluka.

"Itu tak akan ada, Jaemin sekarang tak sadar karenamu. Jeno bahkan tak sudi lagi hanya sekedar melihatmu." Yang lain mulai menginjak tengkuk Renjun membuat pipinya menempel di lantai, Renjun tak bisa menahan air matanya saat mendapat perlakuan seperti ini lagi. Ia ketakutan.

Suara bel masuk terdengar, membuat kedua orang tadi menghentikan aksinya. Sebelum pergi salah satu dari mereka mendongakkan lagi wajah Renjun, lalu menendang tepat disana. Renjun merintih kesakitan, ia merasakan darah keluar dari hidungnya. Renjun segera bangkit untuk membilas cairan merah itu, setelah beberapa saat darah itu tak juga mau berhenti mengalir. Renjun berlari menuju ruang kesehatan untuk meminta kapas atau tissu, saat sampai disana Renjun segera mencari benda yang ia butuhkan.

"Maaf, kau mencari apa?" Seorang gadis mendekatinya, dan sedikit tersentak saat melihat Renjun yang menutup hidungnya dengan lengan almamaternya. Sedikitnya ia bisa melihat pemuda di depannya tengah mimisan.

"Kapas ada disebelah sini." Gadis itu berlari kesisi ruangan, dan mengambil kotak kecil berisi kapas. Ia segera memberikannya pada Renjun.

"Ah, kau Renjun?" Gadis itu baru mengenali saat Renjun melepas lengannya yang dari tadi menutup setengah wajah kebawah.

Renjun mengelap darah disekitar hidungnya, lalu menahan benda putih itu disekitar indra penciumannya itu. Agar darahnya tak terus mengucur. "Kau mengenalku?"

"Hanya tau saja. Kenapa ini juga terluka?" Gadis itu menyadari pelipis Renjun yang mengalami lecet. Dari sana gadis itu bisa mengetahui kalau Renjun bukan hanya sekedar mimisan, pemuda itu pasti sudah mengalami lagi penyiksaan. Ia tau bagaimana kabar mengenai pembullyan yang sering orang lain lakukan pada Renjun, jadi mudah menebak dari mana asal luka yang ada pada wajah Renjun berasal.

"Seseorang menendang wajahku." Renjun tak berusaha menyembunyikannya, toh gadis ini tak akrab dengannya juga tak akan mungkin melakukan pembelaan terhadapnya. Renjun hanya tiba-tiba ingin mengatakannya.

Gadis berambut coklat itu duduk disamping Renjun. "Itu benar-benar jahat, mereka tak ada hak untuk melukaimu."

"Tentu saja ada, mereka melakukan hal yang memang harus dilakukan. Menghukum seseorang sepertiku." Renjun tak sepenuhnya menyalahkan orang-orang yang tadi menyiksanya, mereka benar tentang Renjun yang menjadikan Jaemin seperti saat ini dan membuat Jeno bahkan marah padanya. Bahkan Jeno benar-benar tak pernah menyapanya sekalipun setelah kejadian tertabraknya Jaemin saat itu.

"Ah, maaf jangan pedulikan ucapanku. Lupakan saja." Renjun mengecek hidungnya, dan darah tak lagi keluar dari sana. "Terimakasih sudah menemaniku." Renjun berlari meninggalkan ruang kesehatan, ia yakin kelasnya telah dimulai.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang