16. Indignation

8.5K 1.4K 88
                                    

Renjun menggigit bibir bawahnya menahan jerit kesakitannya disetiap Jaemin mengusapkan jarinya di punggung Renjun yang terdapat memar. Renjun tau Jaemin melakukannya dengan hati-hati, maka dari itu ia menahan kesakitannya tiap Jaemin menyentuh luka itu, takut Jaemin berpikir bahwa sentuhan pemuda Na itu kasar.

"Sudah kubilang, hati-hati saat membawanya." Suara gerutuan itu sontak membuat Renjun menurunkan bajunya yang tergulung ke atas.

"Beomgyu, jangan berlebihan. Ini akan baik-baik saja."

Jaemin juga langsung menarik tangannya saat mendengar suara Beomgyu dan Soobin yang terdengar memasuki apartement Renjun.

"Kau bisa keluar duluan." Renjun berbalik menatap Jaemin, dan sebelum Jaemin mencapai pintu. Renjun berujar tulus. "Terimakasih."

Begitu Jaemin keluar dari kamar Renjun, ia disambut raut curiga yang ditampilkan Beomgyu. Juga Soobin yang mengangkat halisnya saat melihat Jaemin.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa keluar dari kamar Renjun?" Beomgyu memicingkan matanya.

Jaemin mencari alasan. "Aku meminjam kamar mandinya." Hanya itu yang terlintas di kepalanya.

"Ada kamar mandi lain di dekat dapur, kenapa harus yang di kamar Renjun?" Beomgyu tak percaya begitu saja.

"Kerannya rusak, aku yang menyuruh Jaemin memakai yang di dalam." Renjun keluar dari kamarnya sambil menjawab kecurigaan Beomgyu.

Soobin yang mendengar itu mengangguk mengerti, ia juga tak akan berpikir aneh-aneh terhadap Jaemin. Karena setaunya Jaemin bukan pemuda yang akan melakukan macam-macam. Kecuali mata Soobin yang dengan jeli bisa melihat bibir Renjun yang memerah dan bengkak. Soobin tau, bibir Renjun memang memiliki warna alami yang cantik. Tapi bukan merah seperti itu, kecuali memang digigit.

"Renjun, kemarilah." Soobin mengisyaratkan Renjun mendekatinya.

Renjun menurut, tanpa memikirkan apapun. Namun saat Soobin mengangkat dagunya, dan menatap bibirnya. Renjun tau arah pikiran Soobin kemana. "Aku sendiri yang melakukannya, sudah dibilang Jaemin hanya meminjam kamar mandi."

"Memangnya apa?" Beomgyu menarik bahu Renjun agar menatapnya, Jaemin yang melihat itu meringis takut Beomgyu menyenggol punggung Renjun.

"Bibir Renjun membengkak, melihat Jaemin yang juga keluar dari kamar Renjun tiba-tiba saja kepalaku berpikir hal lain." Soobin mengatakan prasangkanya, ia juga memang agak sengaja melebih-lebihkan tentang praduga yang sebenarnya sangat tak mungkin itu. Soobin ingin pandangan Beomgyu tentang Jaemin tidak sebaik itu. Sudah cukup Soobin muak mendengar Beomgyu yang memuji-muji Jaemin, padahal Soobin kekasih Beomgyu sendiri.

"Hey, aku tak seberengsek itu." Ujar Jaemin tak terima.

"Itu pikiran kalian saja yang kotor." Renjun beralih melihat beberapa bingkisan di atas meja. "Kau membawa apa?" Renjun mencoba mengalihkan fokus kedua temannya dari alasan Jaemin berada di kamarnya.

Beomgyu pun langsung membongkar satu persatu isi bingkisan yang ia bawa dengan Soobin tadi. "Tadinya aku berniat membeli daging, tapi mama bilang dirumah ada. Jadi ia memberikannya untuk dibawa kemari, juga ini. Dia ingat kau suka anggur hijau." Beomgyu menunjuk bungkusan yang tadi dibawa oleh Soobin. Tadi ia memang pulang terlebih dahulu sebelum kemari, dan dibekali beberapa buah juga bahan untuk pendamping daging.

"Kalau buahnya jadi rusak, itu ulah Soobin. Dia begitu sembarangan saat membawanya." Beomgyu menyempatkan diri melempar pelototan pada Soobin yang menghela napas.

"Kudengar Jaemin pandai memasak, kau bisa memasak daging kan?" Beomgyu menatap Jaemin.

"Dia itu tamu, kemari biar aku yang memasaknya." Renjun hendak mengambil alih bahan-bahan yang Beomgyu bawa.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang