Jaemin mengantar Renjun kekelasnya, ia tadinya menawarkan Renjun untuk pulang saja mengingat kondisi Renjun yang mengkhawatirkan. Tapi Renjun menolaknya, dan mengatakan akan kembali kekelasnya."Ini sudah lewat jam masuk, pembelajaran pasti sudah berlangsung. Lebih baik kau pulang saja, tas mu biar aku bilang pada Soobin untuk membawakannya." Jaemin masih mencoba membujuk Renjun dilangkah-langkah terakhir mencapai kelas Renjun.
"Tidak Jaemin, aku akan masuk."
Jaemin menghembuskan napas kesal, Renjun ini keras kepala sekali.
"Jaketmu nanti aku kembalikan." Renjun tersenyum tulus pada Jaemin. "Terimakasih sudah menolongku."
Jaemin mengangguk, sambil tersenyum lalu mengusak surai Renjun.
Jeno mengangkat sebelah halisnya melihat Jaemin mengantarkan Renjun, bahkan dengan baiknya meminta maaf atas nama Renjun karena keterlambatannya. Jeno benar-benar yakin sekarang, bahwa Jaemin menyimpan ketertarikan pada Renjun.
"Maaf, pak. Renjun telat karena ia dari tadi pingsan dan berada diruang kesehatan."
"Iya, tadi ada petugas yang memberikan surat keterangannya." Sang guru mengerti.
"Maaf juga. Tolong perbolehkan Renjun memakai jaketnya, tadi bajunya basah terkena air. Kalau jaketnya dibuka, ia bisa masuk angin."
Mendengar itu, Jeno langsung menoleh pada Renjun yang sudah duduk. Pemuda mungil itu memang memakai Jaket, dan Jeno kenal sangat akan jaket itu. Milik Jaemin.
Apa lagi yang menimpa Renjun? Ia yakin, tak mungkin Renjun masuk ruang kesehatan tanpa sebab.
Jaemin bilang bajunya basah kena air? Apa orang-orang menyiram Renjun? Atau apa? Kening Jeno berkerut tanda berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengerjap.
"Untuk apa kau ingin tau?" Jeno bergumam pada dirinya sendiri.
Jaemin berangkat bersama Jisung menuju cafe milik keluarga Jeno, siang tadi ia menerima pesan dari Kak Mark untuk berkumpul disana sore hari. Dan Jaemin sengaja menjemput Jisung mengingat anak itu belum bisa menyetir.
Begitu menuruni mobil, Jaemin bisa melihat lewat kaca besar cafe Kak Mark dan Haechan sudah ada disana. Melihat Haechan, Jaemin kembali dilanda rasa kesal. Sepertinya Haechan tidak tau kedatangannya, karena jika mengetahuinya bisa dipastikan Haechan akan pergi dan tak menyetujui akan undangan Mark padanya.
"Jisung, kau tau kejadian tadi di sekolah?" Pertanyaan Jaemin menahan Jisung yang hendak melangkah mendekati cafe. Keduanya berdiri bersisian di dekat mobil Jaemin, sementara Jisung mengernyit melihat Jaemin yang menatap lurus ke depan.
"Apa?"
"Haechan nyaris membunuh Renjun." Jaemin tak salah memyebutkan, karena mungkin jika tadi ia telat datang atau buruknya, ia tak ada. Renjun pasti sudah kehilangan napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
a lot like love ✔
FanfictionNORENMIN JENO - RENJUN - JAEMIN [noren-jaemren] ⚠️ bxb boyslove