44. Wrong

8.8K 1.2K 140
                                    


Renjun mengerang dalam hati menyadari Jaemin dari tadi terus menatapnya, bukan Renjun tak suka. Tapi tatapan Jaemin begitu membuatnya salah tingkah, Jaemin itu memang memiliki mata yang selalu menyorot lembut ditambah sekarang tatapan itu terasa begitu dalam. Renjun tak tau apa alasan Jaemin melakukan itu padanya.

"Jaemin, apa temboknya begitu bagus? Kau menatapnya terlalu berlebihan menurutku." Renjun mencoba menghentikan ulah Jaemin itu dengan berpura-pura menyangka bahwa Jaemin tengah menatap tembok di belakangnya.

"Aku tak sedang menatap tembok, Renjun."

"I'm looking at you."

Tiba-tiba Renjun menyesali ucapannya tadi, karena dengan itu ia justru mendengar perkataan Jaemin barusan. Rasanya setiap kata yang Jaemin lontarkan selalu membuat Renjun diserang perasaan berdebar. Selain tatapan mata Jaemin yang selalu terlihat ramah, Ucapan Jaemin juga selalu keluar dengan tulus dan lembut. Jaemin seolah memang ditakdirkan memiliki seluruh diksi manis ditiap kata yang ia ucapakan. Jaemin juga tak pernah segan mengatakan apa yang ingin ia ucapkan, seperti barusan. Jaemin tak repot-repot mengelak apa yang sedang ia lakukan, pemuda itu mengatakannya penuh percaya diri dan jujur.

"Jaemin, seharusnya kau menghabiskan makananmu. Untuk apa mengajakku makan kalau kau tidak ikut makan dan hanya menatapku?" Ujar Renjun sambil melirik makanan Jaemin yang bahkan belum habis setengahnya.

"Tentu saja untuk menghabiskan banyak waktu denganmu." Jaemin bahkan tersenyum lebar saat mengatakan itu.

"Tapi tidak dengan mengabaikan makananmu, Jaemin."

Jaemin pun akhirnya menuruti ucapan Renjun untuk menghabiskan makanannya, saat ponselnya berdering. Jaemin melihat nama Jeno tertera, dan segera menjawab panggilan itu.

"Ada apa?"

📞 "Kau bersama Renjun?" Jeno baru sampai cafe, dan melihat Xiaojun duduk bersama Mark disana. Jeno menghampiri Xiaojun untuk menyapa, dan Xiaojun sempat mengatakan pada Mark bahwa ia baru menjemput Renjun namun ada Jaemin yang mengajak Renjun untuk makan bersama. Itulah kenapa ia menelpon Jaemin, dan tau tentang kebersamaan dua orang itu.

Jaemin melirik Renjun yang duduk di depannya. "Iya, kenapa? Kau mau menyuruhku untuk pulang?" Jaemin tau betul maksud Jeno menanyakan Renjun, Jaemin sudah terlalu mengenal Jeno.

📞 "Bukankah harusnya kau istirahat setelah melakukan pemeriksaan?"

Mendengar itu Jaemin berdecak, kenapa tak mengatakan saja secara langsung tujuannya. "Bilang saja aku tak boleh pergi dengannya." Cibir Jaemin kesal.

Ia kadang tak habis pikir bagaimana bisa mereka berdua menginginkan orang yang sama, menyukai dan mencintai orang yang sama. Sejak dulu memang ia dan Jeno sering memiliki kesukaan terhadap benda yang sama, dan orangtua mereka selalu menyuruh mereka berbagi. Dan sekarang masalahnya, yang mereka inginkan itu bukan benda. Melainkan manusia, dan orangnya sedang bersama Jaemin saat ini. Tak mungkin bukan ia dan Jeno harus berbagi Renjun juga?

📞 "Kalau tau kenapa tetap mengajaknya pergi?"

"Kau tak ingat? Aku juga menginginkannya, bukan kau saja yang memiliki perasaan itu untuknya."

📞 "Dan apa ia balik menginginkanmu?"

"Memangnya kau sudah dengar kalau ia tak menyukaiku, dan justru menginginkanmu?"

📞 "Tidak, belum. Aku akan menanyakannya besok disekolah."

"I will go before you ." Jaemin tersenyum puas setelah mengatakan itu, ia mengabaikan tatap penuh tanya milik Renjun.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang