18. Curious

8.2K 1.4K 59
                                    

"Hey, tenanglah." Jeno bisa melihat mata Renjun yang berlinang air mata, Jeno bahkan ikut merasakan sedih saat melihatnya.

Renjun masih terisak, namun kini tangannya terlepas dari kupingnya. Hanya telapak tangan besar Jeno yang kini menutup pendengarannya itu. Sementara tangan Renjun meremas baju Jeno, berpegangan disana saat dirasa tubuhnya semakin lemas.

"Renjun!" Teriakan itu membuat Jeno menoleh, menemukan Beomgyu yang terengah sambil mendekati Renjun. Sepertinya teman Renjun itu barusan berlari untuk sampai kemari.

"Ya Tuhan, Renjun. Maaf aku malah meninggalkanmu." Beomgyu mengusap rambut Renjun perlahan, ia melirik tangan Renjun yang mencengkram erat baju Jeno.

"Maaf ya?" Ujar Beomgyu pada Jeno, takut jika Jeno risih dengan prilaku Renjun. Tapi sepertinya tidak seperti itu, Jeno bahkan terlihat khawatir melihat kondisi Renjun.

Beomgyu segera meraih ponselnya untuk menghubungi Soobin, mereka harus segera membawa Renjun pulang.

"Soobin! Cepat bawa mobilmu keluar." Ujarnya cepat begitu Soobin mengangkat panggilan.

Jeno bisa melihat kepanikan yang muncul diwajah Beomgyu begitu melihat Renjun yang terlihat mulai kesulitan bernapas. Jeno juga khawatir begitu mendengar tangisan Renjun kembali mengeras, dengan napas tersenggal.

"Iya, jadi cepat kemari. Kita harus membawa Renjun pulang." Beomgyu mematikan ponselnya setelah mengatakan itu pada Soobin.

"Jeno, maaf. Bisa bawa Renjun lebih menjauh dari sini? Suara itu membuat Renjun ketakutan." Beomgyu harus menjauhkan Renjun dari asal suara tersebut, dan ia kesulitan melakukannya karena tangan Renjun yang masih berada di Jeno. Jadi, ia meminta bantuan Jeno saja sekalian.

Mengangguk, lalu mencoba melepas tangannya yang dari tadi menutup telinga Renjun. Agar ia bisa membantu Renjun berdiri, tapi gerakannya terhenti karena Renjun menggeleng keras dan menempelkan kembali tangan Jeno di telinganya.

"No!" Jerit Renjun dengan air mata yang kembali membasahi pipinya.

Jeno mengangguk menenangkan, ia menatap Beomgyu yang terlihat masih khawatir. "Apa Soobin masih lama?" Tanya Jeno.

Ia tau suara tadi sudah menghilang. Tapi Renjun masih ketakutan seperti ini, ia kasihan melihat pemuda mungil itu. Apa semengerikan itu suara tadi bagi Renjun?

Beomgyu menggeleng tanda tak tau, lalu beberepa detik kemudian mobil Soobin terparkir di depan ketiganya. Soobin segera keluar dari mobil, melihat sendiri bagaimana Renjun. Ia hendak mengambil alih tubuh mungil yang meringkuk ketakutan itu, namun sadar bahwa tangan Renjun memegang erat pemuda yang tak Soobin sangka. Jeno. Soobin tak mungkin dengan tega menarik paksa Renjun, maka tak ada pilihan lain. Mengajak Jeno untuk mengantar Renjun pulang, lagi pula Soobin yakin betul Renjun tak akan mau melepas tangan Jeno hingga kesadarannya hilang.

"Jeno, maaf. Setelah mengantar Renjun, aku akan memesan taksi untuk mengantarmu pulang." Soobin lalu mendekati tubuh Renjun, mengangkat tubuh itu agar tak terus terduduk ditanah. Begitu berdiri, tubuh Renjun nyaris ambruk lagi saking lemas kakinya. Melihat itu, gerak reflek Jeno adalah melepas tangannya dari telinga Renjun agar bisa menahan tubuh Renjun.

Harusnya Jeno tak melakukan itu, karena setelahnya Renjun kembali menangis keras. Mencoba menutupi lagi pendengarannya dengan tangan kecilnya sendiri. Jeno panik melihat itu, ia kembali meletakkan tangannya ditempat semula. Tubuh Renjun sudah bersandar penuh pada tubuh tinggi Soobin, harusnya Jeno tadi tak melepas tangannya dari telinga Renjun. Anak itu masih ketakutan, berpikir bahwa suara itu masih ada. Dan karena sejak awal Jeno membantunya menghalang masuknya suara pada pendengarannya, maka Renjun bersikap jika Jeno menjauhkan tangan besar Jeno darinya suara itu akan mengisi pendengarannya lagi.

a lot like love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang