3.
Cahaya hangat dari belasan lilin memulas kulit enam manusia yang mengitari meja panjang itu menjadi seiras tembaga. Sinarnya ikut terpantul pada dinding batu, termasuk di sisi kiri dan kanan, yang masing-masing memiliki empat jendela lengkung besar berhias kaca patri aneka warna. Potong-potongan kaca corak itu membentuk ilustrasi pada tiap jendela; gambaran petani persik untuk dinding kanan serta penggembala domba di dinding lainnya.
Tiap kali pelayan datang mengantar hidangan, angin malam turut menyusup lewat pintu hingga api kecil pada sumbu sesekali bergetar lemah. Bayang-bayang di lantai pun ikut bergoyang, meski Jeong Jaehyun hanya duduk terpaku sejak tadi.
Jika saja ia berdiri di pojok ruangan dan mempertahankan sikapnya ini, besar peluangnya orang akan salah mengira ia hanya salah satu patung dekorasi, bukannya sang bintang utama acara.
Jaehyun tahu sejak tadi sudah tujuh kali ayahnya mengerling ia dengan dahi berkerut. Ia tahu apa yang ayahnya harapkan untuk ia lakukan. Biasanya pun Jaehyun jago melakukan itu―memenuhi pengharapan ayahnya―tapi dia boleh begini sesekali, 'kan?
Karena jika dia membuka mulutnya untuk bergabung dalam perbincangan yang sedang berlangsung ini (seperti yang kepala keluarga mereka inginkan), Jaehyun tahu ayahnya akan langsung menyesal telah membesarkannya.
Dalam diam Jeong Jaehyun menyesap anggurnya. Hati-hati, ia mencuri pandang ke arah pemuda yang duduk di seberang―ke arah lelaki berambut gelap sebahu yang sedang meladeni pertanyaan Nyonya Jeong dan tak mengacuhkannya.
Memanfaatkan kesempatan, Jaehyun perhatikan baik-baik sosok itu, seolah dirinya selembar surat kontrak yang mungkin mengandung jebakan.
.
Bagaimana Jaehyun harus memproses ini?
Ada rival masa sekolahnya di seberang meja―lelaki yang sumpah mati ia pastikan adalah seorang alpha. Lelaki itu juga menyandang marga Nakamoto di namanya. Meski lemak di pipi sudah menipis dan potongan rahangnya makin tajam, meski tubuh itu sudah jadi lebih tinggi dan dewasa, tidak ada keraguan bahwa ini merupakan pria yang sama.
Lantas bagaimana bisa ia duduk di sini sebagai calon tunangannya?
Bagaimana bisa ia menjadi seorang Lee, lebih-lebih omega Lee?
Apakah ada kondisi yang memungkinkan seorang alpha berubah jadi omega?
Tidak. Jaehyun menggeleng. Biar dilihat dengan cara apa pun, orang ini masih memiliki hawa kehadiran seorang alpha.
Tidak tahu juga kenapa orang tuanya sampai luput melihat keganjilan itu. Sebegitu inginkah mereka punya menantu sampai-sampai menutup mata?
Ia mengerling ayah-ibunya. Hatinya mengerut cemas.
Akan butuh berapa lama bagi sepasang profesor ini untuk menyadari bahwa mereka sedang ditipu?
Tampaknya tidak dalam waktu dekat, karena lihat saja cara ibunya memandangi omega Lee sejak tadi: tidak berkedip, tidak berpaling, sepenuhnya terpusat. Jelas lelaki itu telah mengambil hatinya. Tuan Jeong juga tampak puas setelah mendengar serentetan prestasi calon menantunya hingga tak memikirkan apa pun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
FanfictionKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...