38.
"Lalu?" Jaehyun berputar di atas kursi kerja berlapis kulit sintetis. Kacamata antiradiasi bertengger di hidungnya yang bangir. "Apa detektif sudah menemukan sesuatu lewat penggeledahan apartemen?"
Dia sedang iseng mengecek laporan keuangan salah satu pabrik di Beijing saat si Tangan Kanan mengetuk pintu dan mempersilakan dirinya sendiri ke dalam ruang kerja. Jaehyun tidak keberatan meski pria itu tak menunggunya menjawab untuk masuk, karena jika Kun mengabaikan satu-dua tata krama yang mencekik itu, tandanya ada sesuatu yang harus disampaikan dengan segera.
Qian Kun kemudian mengerucutkan bibir menyempurnakan tampang kurang puasnya.
"Yah, memang ada satu, tapi bukan hal besar."
"Oh ya?"
"Sayangnya itu bukan rekaman CCTV, kesaksian mencengangkan, nomor yang bisa dilacak―bukan petunjuk-petunjuk penting semacam itu," Kun mengedikkan bahu. "Ini hanya abu cerutu."
Kening Jaehyun berkerut heran.
Tunggu. Dia bisa menebak akan ke mana arahnya ini.
Pelacakan terhadap identitas penyusup di lokasi proyek (yang mencoba melenyapkannya dengan cara menjatuhkan batu granit waktu itu) telah membuktikan bahwa pelakunya merupakan pria beta yang hidup hampir pas-pasan dan bahkan kekurangan di hari-hari tertentu. Orang seperti itu mungkin masih bisa membeli bir minimarket atau rokok murah, namun tidak masuk akal jika ia memilih untuk mempergunakan uangnya membeli cerutu.
"Apakah jenis cerutunya bisa dideteksi?"
"Kurang lebih. Berdasarkan analisis kandungan abunya, itu jelas cerutu berkualitas tinggi."
"Mungkinkah dia sudah mendapat bayaran yang cukup besar untuk membeli ..." Jaehyun cepat-cepat menggeleng dan meralat ucapannya. "Tidak, tidak. Buat apa dia beli cerutu mahal ketika bertahan hidup saja susah? Gaya hidupnya pun tidak menunjukkan dia tipe yang gegabah seperti itu. Jika hanya ada abu, maka lebih masuk akal kalau kita anggap seorang perokok telah bertamu ke apartemennya―tepat sebelum percobaan pembunuhan terhadapku dilakukan."
"Seseorang yang cukup berada untuk menikmati cerutu," imbuh Kun meneruskannya persis seperti pikiran Jaehyun. Jaehyun mengangguk.
Benar, tamu yang tidak biasa―sebab berdasarkan penuturan para tetangga dan induk semang apartemen, pelaku percobaan pembunuhan itu amatlah penyendiri. Ia tak pernah diketahui mendapat kunjungan dari seorang teman sekalipun.
Penemuan ini seolah mengonfirmasi bahwa almarhum pelaku hanyalah pion yang dibayar seseorang, meski kemungkinannya kecil mereka dapat membongkar otak di balik semua ini. Sudah segala aspek diteliti namun tidak didapati petunjuk lain yang lebih berarti sehingga kini Jaehyun cuma bisa menghela napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
FanfictionKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...