Fragmen

264 40 69
                                    

(Perhatian: Pada bab ini dituturkan cerita dari dua waktu berbeda. Bagian yang diketik miring merupakan cerita masa SMP menurut sudut pandang Jaehyun, sementara yang diketik normal adalah masa kini. Harap memperhatikan hal ini untuk menghindari kebingungan selama membaca.

Terima kasih atas perhatiannya, dan selamat membaca.)

46

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

46.

—Sebuah firasat buruk.

Jaehyun yakin itu benar; bahwa kemunculan entitas parasit penghuni benaknya yang menggaruk-garukkan kuku runcingnya sepagian ini, yang membuat suatu bagian dalam dadanya yang tak dapat ia sentuh diserang gatal, dan yang menyebabkan fokusnya menajam sekaligus membuyar di saat yang sama—ini semua merupakan tanda-tanda dari datangnya suatu firasat buruk.

Bahkan terbangun dan menemukan Yuta bergelung di dadanya pagi itu tidak membuat perasaan jelek tersebut menyingkir. Pada faktanya, firasat itu kian nyata. Jaehyun tak kunjung dapat mengendalikannya. Lengannya refleks memeluk Yuta ke dadanya seperti tak rela untuk melepasnya lagi, terlalu pagi untuk dirongrong oleh ketakutan yang bahkan tak dapat ia jelaskan—entah itu menjelaskan kepada dirinya sendiri maupun kepada Yuta yang dibuat terjaga oleh pelukan itu.

Jaehyun hanya mengatakan kepadanya bahwa ia ingin memeluk Yuta sedikit lebih lama. Jaehyun tidak mengatakan bagian lain dari kebenarannya, takut-takut nanti firasat itu sungguhan terjadi apabila diungkapkan.

Namun Yuta tentu menyadari bahwa Jaehyun tidak berterus terang sebab setelah itu ia terus menatap khawatir. Ia bertanya apa Jaehyun bermimpi buruk, apa ia merasa kurang sehat. Apa sebaiknya Yuta memberi tahu Kakek bahwa Jaehyun berhalangan datang untuk memenuhi ajakan makan siang nanti dan apakah Yuta sebaiknya menyerahkan urusan seminar di JRC hari ini kepada rekan peneliti lain.

Pendirian Jaehyun jadinya melemah juga. Ia berakhir menuturkan firasat itu kepada Yuta yang mengangguk dalam-dalam di penghujung ceritanya.

"Firasatmu biasanya sangat kuat, makanya kamu jadi cemas, ya? Baiklah, aku janji bakal lebih berhati-hati hari ini dan rajin-rajin mengabarimu supaya kamu lebih tenang."

"Iya, tolong begitu. Tolong telepon aku setiap kamu akan pergi ke mana pun, dan jika sudah mau pulang. Langsung telepon aku juga kalau ada yang mencurigakan."

"Aku mengerti," Yuta tersenyum kecil. Ditepuknya lembut sebelah pipi Jaehyun yang halus itu. "Kamu juga hati-hati, hm?"

Jaehyun mengisi paru-parunya dengan udara baru sebelum kemudian mengangguk kaku.

Yuta sudah janji akan mengabarinya lebih sering, dan pengawal yang dibawa alpha pirang itu pun adalah mereka yang paling terlatih. Seharusnya, Jaehyun dapat lebih tenang sekarang. Garis bawahi pada "seharusnya", karena entahlah. Jaehyun sadar dirinya telanjur menjadi paranoid.

Padahal bukankah segala sesuatunya masih sama? Yuta masih menciumnya sebelum berangkat dan tak lupa mengucapkan "sampai jumpa nanti malam", masih pula menatapnya dengan ketulusan kasih sayang seperti biasa. Bukankah sebenarnya tidak ada sesuatu pun yang berbeda.

Pandora's Legacy [ Jaeyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang