10.
Jeong Jaehyun membayangkan seakan-akan dirinya telah mengumpulkan seluruh gengsinya menjadi sebentuk bola; dan kemudian, tanpa memberi dirinya waktu untuk ragu, membuang gengsi itu ke jurang yang baru saja mobilnya lewati.
Ia menarik napas dalam. Kepalanya sempurna tertunduk saat ia berkata penuh sesal.
"Sekali lagi, saya benar-benar minta maaf."
Sementara sosok yang kepadanya ditujukan permohonan itu serta-merta gelagapan. Aneh, aneh sekali baginya diperlakukan seperti ini oleh bos yang ia layani bertahun-tahun ....
"Aduh―tolong Tuan Muda jangan begini," jawabnya, menahan canggung. "Tuan Muda sudah minta maaf berkali-kali sejak pagi, saya jadi bingung harus bilang apa lagi."
"Tapi, tiap lihat Pak Kwon saya jadi teringat kejadian semalam. Saya benar-benar tidak enak."
"Tidak apa-apa, Tuan, saya bisa mengerti," lelaki berusia empat puluhan itu tersenyum tipis. "Tuan Muda Yuta diperlakukan seperti itu di hadapan Anda, jelas saja Anda marah besar. Urusan saya tertinggal itu tidak jadi soal. Justru saya setuju sekali Anda membawanya pergi dari sana sesegera mungkin."
Usai kalimat itu lepas dari bibirnya, Kwon baru sadar ia habis bicara terlalu banyak.
"Ampuni perkataan hamba yang begitu lancang," imbuhnya cepat-cepat, sudah ketakutan sendiri Jaehyun akan berbalik marah kepadanya. Tetapi Jaehyun justru berkata:
"Tidak, Pak. Anda ada benarnya."
"... Eh ...?"
Kernyitan di dahi sang pewaris adalah apa yang Kwon dapati lewat pantulan cermin. Tuannya larut berpikir, beberapa detik tetap seperti itu sebelum ekspresinya melunak dengan cepat. Bahkan akhirnya ada segurat senyum tipis di sana, yang mungkin hanya sekadar imajinasinya―sebab ketika Kwon melirik lagi buat memastikan, senyum itu sudah sirna sama sekali.
"Sepertinya Anda menyukai Yuta," komentar Jaehyun ringan.
Menangkap sikap hangat dalam gaya bicara tuannya, Kwon pun langsung bergairah untuk mengobrol.
"Waduh, saya malah heran kalau ada yang tidak suka, Tuan. Terutama sekali, saya paling senang melihat Lee Yuta-ssi kalau sudah bersama Anda."
"Kenapa begitu?"
"Yah," Kwon nyengir sedikit, "Tuan, saya rasa Anda berdua sangat serasi. Yuta-ssi sepertinya selalu tahu cara menghadapi Anda."
Ingin sekali Kwon ungkapkan kekagumannya terhadap sikap Yuta dalam menanggapi kemarahan Jaehyun di mobil tempo hari. Ingin menggembar-gemborkan bahwa Yuta orang pertama setelah Qian Kun yang bisa begitu; yang sanggup meredam emosi Jaehyun, dan di saat bersamaan, membuat Jaehyun kembali berlaku manis meski terpaksa.
Kalau saja bukan karena takut dipecat, pasti sudah dikatakannya semua itu.
"Tuan Muda juga berpikiran sama, 'kan?" pancingnya, membuat Jaehyun mengerjap dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
FanfictionKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...