Sekutu

312 41 153
                                    

42

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

42.

"Menilai dari gelagatmu seharian ini, kurasa kau memang bukan seorang omega," dengan datar Krystal Jeong berkomentar seraya melipat kedua tangan di depan dada. Selagi itu, sepasang mata tajamnya tak lekang menatap sang lawan bicara penuh selidik.

Seutas senyum yang dingin pun perlahan timbul di bibirnya.

"Akui saja semua sekarang, Yuta-ssi," gumam Krystal rendah. "Mengakulah bahwa kau sebenarnya seorang alpha."

Dalam kebisuan, sang tertuduh menatap penuduhnya. Mengunci tatapannya di sepasang iris cokelat tersebut.

Emosi pria itu telah meringkuk bersembunyi di balik topeng tebal yang melekat di wajahnya bagai kulit kedua; hanya memberi Krystal sorot datar tak terusik, setenang air di danau dan seteguh karang di lautan.

"Ini bukan pertama kalinya saya mendengar seseorang mengatakan itu kepada saya," Yuta tersenyum. Ada kesan maklum berpadu geli dalam nadanya berbicara.

Krystal pun menatapnya naik-turun. "Yah, tidak heran jika mengingat sikapmu yang mencolok begini."

"Lantas apa itu tepatnya?"

"Apa?"

"Sikap yang mencolok itu, yang sampai membuat Anda yakin kalau saya seorang alpha. Apa itu tepatnya?"

Krystal mengerutkan kening tidak mengerti.

"... Bukankah sudah jelas?" gadis itu berkata. "Tadi, di pesta kebun. Kau melawan Bibi dan mengintimidasinya dengan auramu. Dia sampai ketakutan hebat gara-gara itu dan kau kira tidak akan ada yang curiga?"

"Lalu?"

"Hah?"

"Maaf," Yuta tertawa kecil, seakan itu begitu konyolnya hingga terasa lucu. "Saya—saya hanya tidak mengerti. Apa hubungannya itu dengan identitas seseorang sebagai alpha atau omega? Jadi maksud Anda omega tidak bisa melawan? Maksud Anda kami cuma bisa diam mengharap pertolongan orang ketika ditindas?"

"...."

Gadis itu tiba-tiba tak mampu mengatakan apa pun. Ia hanya dapat melebarkan matanya saat pria yang ia pojokkan tiba-tiba mendekatkan wajah dengan berani.

"Tidak pernahkah terlintas dalam benak Anda ... bahwa menjadi alpha, beta, omega—bahwa semua itu, pada akhirnya—tidak menjadi ukuran bagi kemampuan atau ketidakmampuan seseorang?"

Lelaki pirang tersebut menatap matanya begitu intens, memaksa Krystal menelan ludah. Hatinya dipenuhi kewaspadaan asing serta rasa malu yang seakan menyengat wajahnya.

Sementara itu, Yuta di depannya tampak tersenyum dengan senyumnya yang tanpa kehangatan. Dengan senyumnya yang menahan muak.

"Sepertinya tidak pernah, ya," gumam Yuta miris menjawab pertanyaannya sendiri—menyimpulkan dari sorot mata Krystal yang dipenuhi rasa kejut.

Pandora's Legacy [ Jaeyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang