Patah

279 40 107
                                    

49

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

49.

"Mari, Xiaojun-ah. Kita sudah sampai."

Dari arah kirinya, kalimat itu datang. Sebuah ajakan yang membuat sepasang netra rubah dengan ragu-ragu menoleh menatap juluran tangan yang ditawarkan kepadanya.

Xiao Dejun-sang pemilik netra rubah-kini dengan hati-hati mengerling wajah datar sahabatnya yang menawarkan uluran tangan itu.

"Tapi hyung ...."

Jaehyun mendongak, "Kenapa?"

"Aku ...."

"Sebentar saja. Hanya minum teh sebentar sambil menunggu hujan berhenti. Kau bilang tadi bisa, 'kan?"

Bibir sang omega menipis dalam satu garis keengganan.

Jeong Jaehyun sudah sangat bersabar menunggunya sambil memegangkan payung di pintu mobil, namun beranjak dari dalam sini bagi Xiaojun terlampau berat. Kelamnya malam yang mengepung mereka ini terkesan menakutkan. Mungkin lantaran otaknya terus-menerus membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi di dalam-di kediaman Jaehyun dan Yuta yang kini menjulang di depannya-perut Xiaojun sekarang jadi seperti terbelit dan melintir dengan mulas.

Xiaojun juga mengerti; sudah terlalu terlambat untuk berubah pikiran ketika mereka telah tiba di sini. Meski begitu, hatinya masih teramat enggan sehingga sempat Xiaojun mengulurkan tangannya ke arah pria itu hanya untuk buru-buru menariknya kembali, bahkan sebelum kulit mereka bersentuhan.

"Tidak-" Xiao Dejun bergumam panik, menggeleng cepat. "-Aku tidak bisa, hyung. Aku tidak bisa. Jangan yang ini. Kumohon hyung, ini akan sangat menghancurkannya ...."

Batang pohon terdengar berderak di tengah hutan yang jauh. Angin bertiup, mengembuskan beberapa tetes hujan hingga menerpa sang omega. Xiaojun cuma bisa meringkuk dan mendekap tangannya di depan dada, secara samar menangkap desau napas Jaehyun di antara debur hujan.

"Kau orang baik, Junnie."

"Hyung."

"Kau hanya melakukan semua ini karena aku yang meminta, tapi aku paham sebetulnya kau terus-terusan merasa bersalah."

Menahan rasa tidak nyamannya, Xiaojun mengerutkan dahi dalam-dalam.

Jeong Jaehyun di telinganya saat ini terdengar ... lelah. Selalu begitu sejak dua minggu terakhir. Hampir setiap hari Xiaojun dibawa makan siang bersama dan setiap kalinya keadaan teman alpha-nya itu pun tampak semakin buruk.

Jadi sudah jelas semua ini bukan hanya melumpuhkan Yuta melainkan juga Jaehyun sendiri. Jelas-jelas mereka berdua telah menjadi kehidupan bagi satu sama lain. Karena itulah Xiaojun sungguh tak mengerti buat apa sahabatnya tetap gigih melakukan semua kebohongan ini walau itu jelas tak berguna.

Meskipun begitu, memang Xiaojun bisa apa?

"Kau boleh berhenti setelah yang satu ini tapi kumohon, bantu aku sekali lagi," pinta Jaehyun lirih, mengulang permohonan yang sama dengan yang ia buat di hadapan Xiaojun satu jam nan lalu. Iris Jaehyun lebih kelam daripada langit. Tidak ada nyawa di sana. "Sekali lagi ini saja sebagai yang terakhir, Xiaojun-ah, lalu kita akan menyudahinya."

Pandora's Legacy [ Jaeyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang