23.
"Jaehyun, bolehkah aku potong rambutku?"
"Iya, boleh."
"Jaehyun, aku mau tanam pohon sakura di paviliun timur."
"Ini bibitnya sudah sampai ya, Yuta."
"Kepingin bikin tato ...."
"Boleh asal aku yang temani."
"Jaehyun, Jaehyun."
"Hmm?"
"Hari ini kita ke padang lagi, yuk?"
"... Yang itu tidak boleh."
"Huh ...? Tidak boleh? Apa maksudnya tidak boleh? J-Jae?!"
Yuta mencoba membujuknya seharian gara-gara itu, tapi Jaehyun yang bergeming justru dengan kalem memasang airpods-nya di depan sang suami. Dia hendak mengadakan rapat daring, namun di mata Yuta, itu tak ubahnya simbol perang.
Jadi, hari ini, dua minggu sejak gipsnya dicopot dan ia resmi dinyatakan pulih, Yuta membalas dendam kepada Jaehyun dengan cara mengabaikan pria tersebut―dan malah menggeret Kun (yang cuma bisa pasrah itu) masuk mobil bersamanya.
"Bagaimana pendapatku tentangnya?" ulang Yuta, menirukan pertanyaan Kun barusan sambil sedikit mengerutkan kening. Sikunya disandarkan di lengan kursi salon yang mereka sambangi, jemari mengurut dagu mengaksentuasi sikap menimbang-nimbang.
"Yah, kurasa―" Yuta berujar, "―kurasa Jaehyun punya banyak sisi mengejutkan yang baru aku tahu."
Tanpa sadar, ia terkekeh halus mengingat mau-maunya Jaehyun mencicipi koktail mengerikan hasil eksperimennya ketika dia suruh.
"Dia ... lucu dan pengertian. Sudah begitu bisa diajak seru-seruan juga. Aku menilainya pandai mengendalikan diri makanya terkesan tidak emosional, padahal aslinya cukup perasa." Alpha tersebut tertawa gemas di balik kepalan tangannya. "Tapi kadang dia juga cerewet! Sekalinya mengomel pasti tidak bisa berhenti! Ah, kurasa dia cuma pandai menahan air matanya saja. Kalau sedang kesal, sih, langsung kelihatan."
Sementara Yuta menggeleng geli membayangkan paras Jaehyun saat cemberut, Kun dari kursi sebelah menatap tuannya sambil tersenyum.
"Benar. Tuan Muda kami cukup manis, bukan?"
"Mm, mungkin."
"Jadi apa kalian sudah berteman sekarang?"
Pertanyaan dadakan tersebut membuat Yuta menggaruk pipinya ragu-ragu.
"Umm, soal ini kurasa tidak bisa kujawab sendiri. Bagaimana kalau kubilang iya tapi rupanya menurut Jaehyun tidak?"
'Mana mungkin,' sanggah Kun dalam hati. Akan tetapi, yaaa, hanya dalam hati. Jaehyun bilang kepadanya tidak ingin membuat perasaannya terlalu jelas, takut-takut ini terlalu cepat bagi hati Yuta yang baru terluka. Maka Kun turut saja apa katanya, meski diam-diam sedang menghitung mundur detik-detik menjelang kesabaran Jaehyun kandas—menanti Jaehyun menunjukkan serigala dalam jiwanya yang pasti sudah tak tahan ingin menerkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
FanfictionKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...