37.
"Baunya enak," kata sang alpha untuk pertama kalinya di pagi itu.
Ketika kalimat itu diucapkan, surya baru naik sepenggalan di langit Chicago yang megah dan biru. Cuacanya cerah, pasti menyenangkan untuk berjalan-jalan. Namun hari itu hari Rabu. Jika ada orang berjalan, maka ia mungkin hanya berjalan menuju kantor.
Mulanya Doyoung termenung memandang lalu-lalang jalanan yang teramati lewat dinding kaca kondominium. Tersadar, ia pun kembali dengan sigap mengaduk nasi goreng dalam wajan teflon. Diketuk-ketukkannya sudip ke pinggir wajan agar nasi yang menempel padanya terlepas.
Ini, hari kedua sejak perundingan perpanjangan kontrak dengan Tuan Carlton dinyatakan gagal.
Doyoung tak sempat menoleh ke sumber suara sehingga ia pun menjawab dengan celotehannya yang biasa. "Kulkas Anda hanya dipenuhi minuman dan makanan instan," bilangnya, "tidak ada yang layak untuk dimasak di sana, mengerikan. Saya sempat heran bagaimana dulu Anda mampu bertahan hidup dengan mengandalkan benda-benda itu, tapi tentu saja Anda bisa selalu memesan sesuatu dari luar ...."
Tuk.
Suatu beban tak terduga tiba-tiba menempel di bahunya.
Doyoung akhirnya menengok. Keingintahuan yang timbul akibat beban itu langsung terpuaskan saat helaian surai ash blue terasa menggelitik pipinya ketika menoleh.
"... Tolong jangan tidur di pundakku," Doyoung memperingatkan Johnny yang merungut.
"Tapi masih 'ngantuk ...."
"Lalu kenapa bangun?"
"Hmm ... Mana mungkin melewatkan sarapan kalau baunya seenak ini."
Rengekan alpha Suh kepadanya hanya membuahkan satu gelengan tak habis pikir.
Sang beta sejujurnya ingin tahu apa si jangkung ini tidak kesusahan membungkuk-bungkuk begitu demi mencapai bahunya. Rasanya dia terlalu tinggi untuk bersandar di pundak Doyoung seperti ini, bukan?
Dasar. Lama-lama lehernya pegal baru tahu rasa.
Pengatur api pada kompor Doyoung putar hingga ke titik nol, memadamkannya. Dengan luwes ia angkat wajan itu lalu membagi nasi goreng di atas dua piring lebar. Sementara itu, Johnny di pundaknya Doyoung biarkan mendusel mencari kenyamanan.
Meski takkan sudi mengakui, sesungguhnya ada sedikit rasa tidak tega di hati Doyoung untuk bersikap keras kali ini.
Tentu saja ada alasan khusus untuk itu. Kenyataannya adalah, Johnny Suh baru saja mendarat setelah kunjungan kilatnya ke Kairo, dan bahkan baru tiba di rumah pukul empat tadi pagi. Namun meskipun kelihatan sangat penat begitu dia malah tidak beristirahat dengan cukup; sehingga, mungkin, itu sebabnya hati Doyoung jadi sedikit iba dan melunak.
Mustahil hanya sekadar lelah fisik yang mengganggu tuannya itu sekarang. Bahkan sebetulnya, Doyoung tidak yakin itu cukup untuk membuat Johnny lelah, mengingat perjalanan sejenis ini sudah jadi hal biasa bagi satu-satunya putra keluarga Suh tersebut―yang terlahir dari pasangan alpha-omega paling keranjingan dalam urusan melanglang buana ke ratusan kota di dunia. Sebetulnya, kali ini pun Johnny ke Kairo lantaran dipanggil oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
FanfictionKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...