Alpha

669 58 137
                                    

27

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

27.

Petir menyambar menyertai badai yang mengguyur daerah pegunungan pinggir Seoul. Warna kilatnya perak kekuningan, terang-benderang hingga sesaat dunia seperti berada di siang hari. Saat itu Yuta sempat melihat awan hitam menggulung di langit serta pepohonan yang berjuang dihantam amukan angin.

Napas pria itu menerpa kaca, berubah menjadi bintik-bintik embun. Tatapannya terpaku pada gerbang kediaman.

Yuta sudah duduk di depan jendela itu sejak ia baru tiba di rumah. Waktu itu, hujan masih rintik-rintik, dan kerisauan belum membuatnya meremas-remas tangan seperti ini. Waktu itu dia tak mengira bahwasanya hujan akan cepat berubah menjadi badai mengerikan, sehingga sejak rintik pertama turun, pria pirang itu melewati waktunya tanpa berhenti memantau laporan lalu lintas tiap lima menit sekali.

Namun bahkan setelah semua itu, hatinya masih tak tahu bagaimana harus tenang. Alhasil alpha itu mengatupkan kedua tangan serta kelopak matanya, dengan kalut memohonkan keselamatan bagi sosok alpha yang masih belum kembali kepadanya sejak meninggalkannya dengan marah.

Ada banyak yang disesalinya, terutama mengapa tadi tidak ngotot pulang bersama Jaehyun saja. Yuta rasa dimarahi masih lebih baik daripada duduk memangku tangan ketika Jaehyun tidak bisa dihubungi.

Jaehyun sedang menghilang di tengah badai entah di mana. Gara-gara dirinya. Dan Yuta ... Yuta sudah lama tidak merasa begitu tidak berguna.

'Apa dia terjebak macet? Tidakkah sopirnya kesulitan menyetir di tengah hujan? Bagaimana kalau ada pohon tumbang?'

Yuta tak berdaya menghentikannya―pikiran-pikiran buruk itu. Semua syarafnya menegang. Tubuhnya yang membungkuk di balik tirai langsung melompat saat seseorang melintas di lorong.

"K-Kun-ge!" panggilnya, membuat pria berkacamata menoleh. Sebelumnya ia sudah menyarankan Yuta untuk menunggu di kamar tetapi sang tuan tidak mengindahkan.

"Apa ... apa sudah ada kabar dari Jaehyun?"

Alpha bermarga Qian menghela napas sebelum menggeleng. Tak pelak, bahu Yuta merosot menerima jawaban yang masih terus sama.

"Hei, tenanglah," bujuk Kun. Ia mendekat, sebelah tangan memijit kecil pundak tuannya. "Tim Yangyang sudah pergi mencarinya. Dia akan baik-baik saja jadi kau beristirahatlah, Yuta. Ini sudah lewat lima menit sejak tengah malam."

Justru itulah yang membuat Yuta menggigiti bibirnya dengan resah. Sudah lewat tengah malam, lantas Jaehyun ke mana?

"Sebaiknya aku menunggu sebentar lagi," tolaknya halus.

Kun mengangguk. "Jika itu maumu," ia tersenyum kecil. "Tapi jangan memaksakan diri."

Sesudahnya Kun pamit ke paviliun kanan untuk memimpin apel malam para staf.

Tanpa kehadirannya, Yuta kembali sendiri. Tiada yang menenangkan kegalauannya dan tiada yang meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Ini sangat buruk karena firasat jelek telah tumbuh terlalu dalam di benaknya hingga mustahil ia singkirkan seorang diri.

Pandora's Legacy [ Jaeyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang