51.
Begitu Qian Kun memasuki ruang depan untuk pertama kalinya setelah satu bulan, dirinya seketika disambut oleh pemandangan rumah dalam keadaan paling berantakan yang pernah ia lihat.
Semuanya jauh lebih buruk dari yang ia dengar. Mustahil bisa lebih parah. Terjangan topan sekalipun agaknya takkan menciptakan kekacauan sehebat ini. Namun seperti sudah menduganya Qian Kun tidak terkesan terlalu terpengaruh. Alpha tersebut tanpa banyak bicara langsung mengamankan koper bawaannya di sudut sebelum mulai membereskan kerunyaman.
Barang-barang yang berhamburan di lantai, sofa dan kursi yang terbalik, juga pecahan kaca serta keramik yang tak hanya satu asal-muasalnya itu memang tidak terlalu mengejutkan bagi Qian Kun. Tentang ini para staf telah mewanti-wantinya. Jaehyun terus bersikeras melarang mereka membersihkan apa pun, dan sejak empat hari lalu, tuan mereka itu mulai menitahkan agar tak seorang pun masuk ke rumah. Saat malam sesekali terdengar bunyi barang pecah dan meski itu membuat mereka khawatir, kemarahan Jaehyun dari balik pintu lebih tak dapat mereka lawan.
Bahkan ketika ia menemukan Jaehyun tertelungkup tak sadarkan diri di anak tangga terbawah, Kun tidak merasakan perasaan lain selain kesedihan. Pemandangan botol-botol miras nan bergelimpangan di sekitar tuan mudanya membuat alpha yang lebih tua meremas tangannya sendiri.
Kun tahu benar, meskipun toleransi alkohol sang pewaris cukup kuat, Jaehyun bukan seorang peminum. Untuk melihatnya berada dalam keadaan begini benar-benar suatu hal tidak pernah Kun bayangkan.
Butuh beberapa detik baginya sebelum mendapatkan kekuatan untuk mendekat. Kun lalu melepaskan pegangan Jaehyun pada salah satu botol. Ia kalungkan lengan kiri sang alpha di bahunya, menegakkan tubuh, kemudian perlahan memapah pria itu menuju kamar.
Hati-hati Kun membaringkannya di ranjang dan memasangkan selimut. Sesaat ditatapnya dengan nanar paras sembab Jaehyun yang dihiasi banyak jejak air mata itu sebelum Kun memutuskan kembali ke ruang depan, mencoba membereskan segala sesuatu dengan cepat.
Kekacauan yang Jaehyun ciptakan tidak menyisakan apa pun dari bentuk awal ruang tamu itu. Kun harus ekstra bekerja keras karena nyaris segalanya sudah tak dapat diselamatkan lagi. Satu-satunya yang tertinggal hanya sebuah bingkai foto besar nan tergantung di dinding, berisi potret pernikahan Jaehyun dan Yuta. Mata-mata mereka yang redup dan bersedih seakan-akan mampu melihat dan memahami kehancuran yang terjadi di rumah.
Sebenarnya aneh. Aneh untuk menemukan di dalam suatu ruangan yang porak-poranda itu sebuah bingkai yang bahkan tak bergeser sedikit pun dari posisinya. Lantas sembari menyortir barang-barang ke kantong sampah, Kun tak dapat berhenti merenungkan: apa kiranya yang saat itu berada dalam pikiran Jaehyun?
Apa mengacaukan seisi rumah di depan foto itu ia perlakukan sebagai semacam persembahan? Sekadar tantrum? Apa dikiranya dengan begitu, waktu akan dapat diputar ulang mengikuti kemauannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
FanfictionKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...