Potret

316 37 95
                                    

45

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

45.

Ada pigura kecil terpajang di atas nakas samping ranjang. Jaehyun tidak ingat pernah meletakkannya di sana, mungkin Kun. Atau mungkin Yuta yang bisa saja berkeinginan membawanya sebagai teman semasa rut.

Jaehyun—masih berbaring menelungkup di sisi ranjang bagiannya—mengulurkan tangan meraih pigura tersebut. Dipandang-pandanginya foto itu lamat-lamat dengan perasaan campur aduk.

Sebuah foto yang sama yang juga ia miliki di kamarnya, meski tak pernah sanggup ia tatap.

Itu foto pernikahan mereka, diambil tak lama setelah keduanya berbagi ciuman pertama sebagai sepasang suami. Itu ciuman yang semestinya manis, yang semestinya memenuhi dada dengan ratusan kupu-kupu namun waktu itu justru hanya terasa pahit, dingin, menyesakkan. Tatapan kedua mempelai dalam foto tersebut turut mencerminkan rasanya ciuman itu, yang tanpa kehangatan apalagi kebahagiaan.

Bahkan hanya dengan membayangkannya kembali, sensasi tercubit yang lama tak kambuh itu kini kembali mendera sang tuan muda.

Jeong Jaehyun bangkit, menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan sisa-sisa kesedihan hari itu. Sudahlah, pikirnya, yang berlalu sudah berlalu. Kenyataannya mereka kini lebih bahagia dari sebelumnya, lebih bahagia dari siapa pun. Bukankah lima hari terakhir sepanjang rut ini terasa seperti berada di kahyangan karena begitu banyaknya cinta di antara mereka?

Sekarang mereka saling mencintai, itu pasti. Jaehyun takkan meragukan sinar lembut di mata Yuta yang hanya selalu terpancar tatkala menatapnya.

Dengan luwes, Jaehyun mengayunkan kedua tungkainya yang jenjang hingga menapak di permadani. Selangkah demi selangkah, kaki telanjangnya meninggalkan sisi tempat tidur menuju kamar mandi di sudut. Jaehyun tiba di depan bingkai pintu dan berhenti, tahu akan menemukan punggung Yuta yang sedang menyikat gigi di dalam sana.

Lebih dulu Jaehyun memberi waktu bagi dirinya untuk mengagumi claim mark di tengkuk alpha pirang itu sebelum mendekat tanpa suara.

Di sisi lain, Yuta tak berhenti berkumur meski sudah melihat pantulan Jaehyun pada cermin. Senyum Jaehyun langsung terukir manis mengetahui kedatangannya diterima. Sang pewaris lantas berdiri di belakang Yuta dan melingkarkan kedua lengannya di perut sang kekasih, lalu membungkuk; menempelkan pucuk hidungnya di kulit leher Yuta yang lembut ... menghirup dalam-dalam aroma segar-hangat feromon kesukaannya itu sembari menyusuri sepanjang leher putih Yuta—menyebabkan punggung lelaki pirang dalam dekapannya sedikit melengkung geli.

Claim mark kembali masuk ke dalam jangkauan pandangnya dan Jaehyun memejamkan mata, bergerak mengecup pelan tanda kepemilikan darinya itu. Lengannya memeluk lebih erat tubuh Yuta yang merileks di dadanya.

"Jae ...."

Sang pewaris menggigit kecil leher Yuta yang sensitif itu saking gemasnya, dan setelahnya menyandarkan dagu di bahu sang kekasih. Matanya membalas tatapan si pirang dalam-dalam melalui pantulan cermin.

Pandora's Legacy [ Jaeyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang