53.
Bandul pada jam dinding berayun mengikuti bentuk kurva parabola dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, keras kepala dalam tarian bertempo konstannya. Ia satu-satunya yang tak mengubah kecepatannya ketika semua hal di semesta sibuk berpacu hingga kaki mereka terseok-seok. Lagipula memang harus begitu. Sebagai perwakilan dari Sang Waktu, jam bandul itu memang melakukan pekerjaan yang mengagumkan dalam menggambarkan ketidakpedulian nan dingin. Ia tidak perlu memperlambat ayunannya karena ia tak menunggu siapa pun, juga tidak tergesa-gesa karena ia tak dikuasai oleh apa pun.
Waktu adalah sesuatu yang bebas dan berotoritas dan bersifat pasti. Waktu tidak berkompromi, tidak boleh ditawar. Akhir dan awal yang telah ditetapkan oleh Waktu takkan dapat diganggu gugat.
Waktu itu angkuh.
Karena jika tidak begitu, maka sepanjang hidupnya manusia tidak akan pernah belajar. Waktu harus angkuh seperti itu dalam tugasnya menegakkan keadilan.
Di aula pengadilannya malam ini, dua orang saudara dipertemukan. Krystal Jeong dan Jeong Yunho. Yang satu berdiri diiringi dagu terangkat sementara yang lainnya memegang cangkir hias bekas teh beracun.
Lewat sekilas pandang pun sudah terlihat siapa yang akan memenangkan ini. Tampaknya, Yunho pun sudah cukup paham. Demikianlah mengapa raut wajah lelaki itu memucat ketakutan mengetahui adik sepupunya telah menangkap basah perbuatannya.
Yunho tak mengatakan apa-apa untuk berkilah. Sebagai seorang ahli siasat, ia tentu cukup pintar untuk tahu bahwa semua ini terlalu jelas buat dibantah. Atau mungkin lidahnya memang sudah tak sanggup digerakkan saja saking terkejutnya.
Bulir-bulir keringat menuruni kulit sang alpha seperti berlomba.
Dari tempatnya, Krystal Jeong mengirimkan sorot mencela. Belah bibir berpoles perona merah miliknya terbuka melepaskan hela napas tidak percaya. Lalu ia maju dengan cepat, membuat Yunho terlonjak. Ketukan sepatu berhak tinggi miliknya bersahut-sahutan dengan detak jam bandul di atas perapian.
Melewati pria itu, Krystal berjongkok di depan sofa dan merogoh ke bawah. Menarik tangannya kembali yang kini memegang sebuah anting mutiara.
"Pantas saja hilang sebelah," gerutu Krystal, seraya menepuk-nepuk bagian lutut dari gaun hitamnya.
Gadis itu bangkit lalu menantang netra sang kakak. Di matanya tergambar perasaan jijik.
"Ternyata dicuri oleh kakakku agar dia bisa menuduhku sebagai tokoh jahatnya."
Cangkir keramik dalam genggaman Yunho terlepas. Tubuhnya terhuyung mundur. Mata lelaki itu membeliak lebar melihat Krystal bergerak dan berbicara—masih tak dapat memercayai bagaimana semua ini dapat terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
Fiksi PenggemarKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...