Pesta

391 47 41
                                    

31

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

31.

"Yuta!?"

Sementara Jaehyun berseru tertahan, Yuta nyengir lebar. Seolah tanpa berdosa ia kedipkan sebelah matanya yang berkilat-kilat jenaka.

Sayang sekali Jaehyun tidak sedang dalam keadaan mumpuni untuk menanggapinya bercanda sekarang. Ia memprotes; Yuta seharusnya tidak mengejutkannya seperti tadi, tetapi pria itu cuma senyam-senyum. Bagaimana jika Jaehyun refleks menghajarnya? Lagi-lagi Yuta cuma senyum.

Sesaat ditiliknya Yuta, yang bersetelan serba putih dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Ah, pakaian yang dikenakannya benar-benar persis seperti Hendery ....

"Hei! Ini sungguhan aku!" sergah Yuta menyadari arti tatapan itu, berlagak terpukul. "Tapi yang di sana tadi itu bukan. Itu Hendery."

"Aku tahu dia menyamar sebagai dirimu, lantas apa yang terjadi? Kenapa Hendery terlibat? Kau dan Kun-ge tidak kenapa-kenapa, 'kan? Tidak ada yang terluka?"

Jaehyun luput menyadarinya, namun sorot mata Yuta sempat melembut saat sang alpha membolak-balik tubuhnya guna mengecek keadaan Yuta secara menyeluruh. Dibiarkannya saja kelakuan pria itu hingga Jaehyun sudah melihat semuanya, dan barulah kemudian memegang lengan Jaehyun. Membuat tatapan mereka bersirobok.

"Bisa kubayangkan apa yang ada dalam pikiranmu tapi tolong hentikan dugaan-dugaan mengerikan itu," suara Yuta melembut. "Hei, semua baik-baik saja, oke? Semua baik-baik saja. Kami cuma baru tiba."

"Sungguh?" akhirnya Jaehyun membiarkan dirinya bernapas. Oh, itu melegakan. Itu melegakan. Yuta di hadapannya meremas lengannya hati-hati.

"Kami cuma terlambat sampai di Seoul gara-gara badai, dan bakal selalu ada yang senang hati membesar-besarkan ini buat memperburuk namaku di depan Kakek. Mau dijelaskan pun paling nanti aku dianggap mengada-ada, ya 'kan? Makanya Hendery di sini, cuma untuk menyelamatkan mukaku."

"Lalu Kun-ge—"

"Kun-ge? Oh, kalau dia, sih, sedang di dapur membantu butler yang lain. Sebentar lagi kau juga bakal melihatnya mondar-mandir di sekitar sini dengan gaya anggunnya itu."

Mengakhiri penjelasannya, Yuta menawarkan senyum; menegaskan bahwa semua telah terlalui tanpa masalah. Jaehyun pun tak dapat menahan diri untuk tak mengambil jemari suaminya, seakan belum puas memastikan bahwa senyum penyembuh itu benar-benar nyata.

"Sungguh tidak ada yang lain, 'kan?" matanya menatap lekat, binar kecemasan di sana sejelas matahari siang bolong.

Yuta membiarkan hatinya diliputi kehangatan menggelitik sebelum dirinya mengangguk. "Sungguh, Jaehyun."

"Tidak gores sedikit pun?"

Terkekeh. "Tidak gores meski satu mili pun."

"Oh," ia membisikkan syukur, "itu melegakan sekali," gumamnya, mendesahkan napas panjang seakan ia telah menahannya bertahun-tahun.

Pandora's Legacy [ Jaeyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang