35.
Di dapur pagi itu ada Qian Kun yang berperan sebagai guru masak dadakan beserta tuan mudanya nan serba kikuk. Saat mengiris, dia kikuk. Menumis, juga kikuk. Menggulung kimbap lebih kikuk lagi.
Andai dia tidak mengaku lebih awal bahwa urusan dapur bukanlah keahliannya, di titik ini Kun juga sudah dapat menebak.
Tangan Kun sudah lama gatal ingin mengambil alih sutil dan pisau dan penggulung tetapi dia tahan saja. Saat ini, tuannya sedang berusaha sekuat tenaga menyiapkan bekal itu sendiri. Kun tidak tega jika sikap tidak sabarannya merusak senyum ceria di wajah yang agak dihiasi bintik keringat tersebut. Lagipula, Kun sebetulnya agak senang, karena ini artinya sang tuan sudah benar-benar pulih dari sakit rut yang selama lima hari ia derita.
Oh, iya. Sekadar untuk memperjelas, si kikuk ini adalah tuan mudanya yang berambut pirang.
"Dan―selesai!" umum Yuta sehabis menata potongan wortel berbentuk bunga sakura di dalam kotak bekal. Disekanya peluh dari kedua alis, kemudian berkacak pinggang dengan puas mengamati hasil kerjanya.
Hmm, tidak buruk juga.
"Woah, ternyata susah-susah gampang, ya! Tapi seru, sih. Tidak disangka kita bikin cukup banyak, meski tidak tahu kotak yang satu lagi buat siapa."
Senyum manisnya tertuju pada si butler pirang yang merapikan penggulung, "Apa buat Dokter Ten saja, ya? Nanti gege yang antar. Hitung-hitung pendekatan 'kan, hihi."
―Tanpa seingin Kun, penggulung terlepas dari tangannya dan terhempas kencang ke lantai dapur.
"... Gege?"
"Maaf," Kun memungut penggulung lalu menyimpan benda itu di kabinet. Ia menghampiri Yuta yang menatapnya cemas, menarik napas dalam sebelum bergumam, "Kurasa aku tidak bisa melakukannya."
"A-apa?! 'Tidak bisa'? Tapi kenapa ...?"
"Kok tanya kenapa? Aku mana boleh pergi sesuka hatiku. Itu namanya mangkir kerja."
Manik Yuta yang sempat terbelalak dalam seketika langsung menyorot malas.
"... Gege, pemilihan katamu itu bikin salah paham, tahu. Padahal kukira tadi ada apa."
Menirukan gaya seseorang yang lelah melihat kelakuan anaknya, Yuta pun bersandar ke pantry―lanjut menatap menelisik Kun sembari melipat kedua tangan di depan dada.
"Begini ya, Kun-ge sayang. Aku ini cuma bakal ke kantor Jaehyun mengantar bekal makan siang. Sebelum menikah juga aku pernah kok, pergi sendirian ke sana. Jadi sekarang apa yang kaucemaskan? Apa menurutmu aku bakal mengacau kalau tidak kau awasi sebentar saja?"
"Kata Jaehyun begitu."
Sekali lagi mata Yuta melotot dan Kun buru-buru mengimbuhkan.
"Bukan persis begitu kata-katanya. Dia cuma cerita dan aku menyimpulkan—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Legacy [ Jaeyu ]
FanfictionKalau jadi Pandora dan tahu itu hanya bawa petaka, apa kau akan tetap buka kotaknya? . Alpha pewaris takhta klan Jeong sedang terjepit dalam posisi sulit. Entah selanjutnya serangan datang dari mana, ia pun tak tahu. Satu-satunya jalan keluar adalah...