Intuisi

595 84 29
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2.

Jaehyun mengecek penampilannya sambil setia menggerutu. Rambut, kemeja, celana, sepatu ... semua sudah oke. Tampan seratus persen. Yang tersisa hanya ia tidak tahu harus diapakan wajahnya ini agar bibir tak lagi cemberut dan mata tidak terus-terusan menyipit.

Mencoba tersenyum juga tidak bisa, yang ada jadi mirip orang sakit gigi. Jadi untuk sementara dibiarkannya air mukanya tetap keruh seperti ituseperti yang saat ini dipantulkan pada cermin setinggi dua meter di pojok kamar.

Selagi telunjuk dan ibu jarinya memuntir-muntir kancing kemeja di pergelangan tangan, pikiran pria berusia 28 tahun tersebut lantas melayang ke percakapan yang ia alami dua hari lalu bersama ayah dan ibunya.

Ah, sungguh memalukan jika mengenang bagaimana perlawanannya padam tanpa makna. Tidak ada bagusnya mengenang itu (justru bikin kesal sendiri), jadi entah buat apa masih dilakukan. Mungkin Jaehyun punya kecenderungan menyiksa diri, atau mungkin ada penyesalan yang tertinggal dalam hatinya karena tidak berusaha lebih keras.

... Ya.

Yang terakhir itu tepat sasaran.

"Hufff," desahnya, penuh rasa tidak puas.

Jeong Jaehyun belum juga selesai dengan agenda menggerutu itu waktu pintu kamar berayun terbuka. Tidak peduli juga siapa. Daripada mengakui keberadaan seseorang yang masuk itu, ia lebih tertarik berseliweran dari satu sisi kamar ke sisi yang lain, melampiaskan kesalnya.

"Tuan Muda, Nyonya meminta Anda turun dalam 15 menit."

Jaehyun yang seakan tuli masih terus menggerutu dari ujung ke ujung.

Menghadapi situasi ini, pria yang hanya tiga tahun lebih tua ajaibnya tidak terlihat bingung. Ia pun beralih mengambil jas charcoal grey dari gantungan setelah yang diajak bicara diketahui tidak akan menggubris. Dengan cekatan, ia bantu majikannya mengenakan potongan busana itu, melapisi dress shirt biru prusianya yang licin dan disiapkan khusus.

Mungkin lebih tepat disebut "memaksa" daripada "membantu" tetapi bukan salahnya. Jaehyun-lah yang bertingkah. Di sini, ia hanya menjalankan tugas demi memastikan Tuan Muda tidak akan terlambat.

"Rasanya aku ingin muntah," Jaehyun mengerang.

"Oh ya?" jawabnya. "Kalau begitu, tolong Tuan cepat muntahkan sekarang. Waktu kita tidak banyak."

Dengan syok Jaehyun memandangi wajah tenang butler bersetelan hitam-putih tersebut, sementara lelaki itu serius mengancingkan jas majikannya.

"Gege, sikap dinginmu itu bikin tambah gugup," ringis sang tuan muda.

Qian Kun hanya mengerling melalui sepasang kacamata berbingkai tipis, memberi tatapan dalam penuh penilaian. Senyumnya menyusul beberapa detik kemudian.

Pandora's Legacy [ Jaeyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang