"Sebenarnya kau anggap aku apa?"
Sakura menghela napas, menatap Sasuke masih dengan tatapan yang sama. Tenang. Terlampau tenang. Meskipun saat ini berbagai perasaan sudah bergejolak dalam hatinya. Pertanyaan yang sejak dulu bersarang dikepalanya akhirnya bisa keluar dari mulutnya.
"Sasuke-kun.."
Sasuke tersentak. Panggilan yang sejak semalam tak ia dengar akhirnya kembali keluar dari mulut Sakura. Namun, nada panggilan itu sama sekali tak membuat Sasuke senang. Ia was-was. Rasanya seakan setiap kata yang keluar dari mulut Sakura terdengar seperti lonceng kematian.
"Sekali lagi kutanya, kau menganggapku apa?" Sakura berusaha untuk melembutkan suaranya. Ia tak ingin mereka malah berakhir semakin bertengkar. Sakura hanya ingin jawaban. Ia tak ingin terjebak disebuah hubungan yang ia sendiri tak mengerti bagaimana posisinya. Sejauh mana Sakura bisa melangkah masuk ke kehidupan Sasuke? Seperti apa ia dimata Sasuke? Selama ini Sakura terjebak pada asumsi yang hanya membuatnya semakin terluka.
Dan seakan jawaban dari asumsinya datang menamparnya ketika ia mendapati Sasuke pergi, tanpa mengatakan apapun padanya. Seakan ia hanya tempat singgah yang Sasuke datangi saat lelah. Ia mencoba untuk terus menahan berbagai pikiran buruk yang melalang buana diotaknya, mencoba untuk mempengaruhi kepercayaannya. Sambil berkata pada hatinya asalkan ia bersama Sasuke maka semua baik-baik saja. Ia hanya butuh Sasuke dan sekarang Sasuke sudah menjadi miliknya.
Namun kenyataannya Sakura menginginkan lebih. Sakura ingin masuk lebih dalam ke kehidupan Sasuke. Ia ingin tahu segalanya. Termasuk masa lalu Sasuke. Masa lalu yang sampai sekarang masih menjadi mimpi buruk Sasuke, namun tak pernah sekalipun ia ceritakan.
Sasuke masih terus memberi batas.
Terkadang Sakura berpikir, egoiskah ia? Egoiskah ia karena terlalu banyak meminta? Sedangkan memiliki Sasuke saja sudah menjadi sebuah keberuntungan yang hanya datang sekali dalam hidupnya.
Sakura jadi semakin tak percaya diri. Semakin ia pikirkan, semakin sulit baginya untuk menyamakan langkah dan berdiri di samping Sasuke dengan percaya diri.
Keheningan melanda sedangkan Sakura masih terjebak dalam pikirannya. Perlahan Sasuke menarik napasnya. Dengan sisa keberaniannya, pria itu mencoba meraih tangan Sakura di atas meja, menggenggamnya perlahan.
"Kau rumahku, Sakura." Sasuke berucap lirih. Ia menatap Sakura dengan pandangan memohon, berharap Sakura mengerti maksudnya.
Sakura terdiam, ia menatap jemarinya yang digenggam erat oleh Sasuke.
"Kalau aku rumahmu kenapa kau pergi tanpa pamit...?" Gumamnya lirih.
"Sesulit itukah untuk sekedar mengatakan 'sampai nanti'?"
"Bukan begitu!" Sela Sasuke frustasi.
"Aku tak ingin pamit karena tak ingin membuatmu menunggu. Aku sadar aku sudah sering membuatmu menunggu. Aku tak bisa menjajikan apapun padamu. Aku tak bisa berjanji akan selalu ada disampingmu. Jadi kali ini.." Sasuke menarik napasnya.
"Aku ingin segera kembali. Bahkan sebelum kau sadar aku tidak ada." Kalimat yang sejak tadi tertahan ditenggorokannya akhirnya berhasil tersampaikan.
Sasuke menunduk, tak berani mengangkat kepalanya. Tanpa sadar ia mengeratkan genggaman tangan mereka. Tak ingin melepaskannya. Ia takut Sakura akan langsung menghilang jika ia melepaskannya.
"Kau bilang aku rumahmu, Sasuke."
"Kalau begitu pamitlah. Tidak peduli seberapa lama kau akan pergi. Entah itu hanya sehari atau setahun. Katakan ittekimasu saat kau akan pergi, lalu katakan tadaima saat kau kembali. Lalu aku akan menyambutmu dan mengatakan okaerinasai."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY THIS DIFFERENT? [End]
FanfictionSasuke kembali. setelah dua tahun pergi meninggalkan desa untuk perjalanan penebusan dosanya, lelaki Uchiha itu akhirnya kembali ke Konoha. teman-teman seangkatannya menyambutnya, guru nya yang kini jadi Hokage bahkan menelantarkan tugasnya hanya un...