Sesuai pesan yang ditinggalkan oleh Itachi, mereka akhirnya menemukan tempat yang dimaksud. Di pusat Kuil, di bawah singgasana emas yang kedua sisinya ada lambang kipas.
Sasuke terpaku melihat lambang Uchiha yang di ukir begitu kokoh di sebelah singgasana. Hubungan masa lalu semacam apa yang di miliki Uchiha dengan kuil ini, Sasuke sudah bisa menyimpulkan. Karena sejarah pun juga sudah melukiskan bagaimana Uchiha pernah menjadi sasaran dari segala tuduhan ketika Kyuubi menyerang desa. Hingga berujung diasingkan kesudut desa seakan berniat untuk dilupakan.
Mungkin dulu, Sang Ayah hanya ingin mengembalikan wibawa Uchiha yang perlahan semakin redup. Egoisme masa lalu mengakar padanya hingga memutuskan untuk meminta bantuan pada Kuil ini.
"Sasuke-kun..?" Sakura memanggil, menggenggam telapak tangan Sasuke yang basah oleh keringat.
Tepukan pelan dipundaknya dari Naruto pun membuat Sasuke kembali tersadar dari lamunannya.
"Haruskah kita hancurkan?" Tanya Naruto dengan nada santai.
"Hmm, kurasa iya." Sahut Sakura menyetujui. Gadis itu bahkan sudah menatap singgasana berlapis emas itu dengan tatapan membunuh. Padahal kan itu hanya benda mati...
Sasuke melirik, "jangan."
"Kenapa?!" Naruto dan Sakura memprotes bersamaan.
Sasuke menghela napas, "Singkirkan saja. Bagaimana kalau yang ada di bawah sana juga jadi ikut hancur karena kalian?"
"Bagaimana menyingkirkannya? Kau tidak lihat itu menyatu dengan lantainya?" Ucap Naruto masih dengan ekspresi enggannya.
"Sudah, hancurkan saja. Aku janji tidak akan sampai menembus lantainya." Sakura berpindah ke hadapan Sasuke, mencoba merayu pria itu sambil memasang senyum meyakinkan.
Sasuke menunduk, menatap bagaimana emerald sang gadis berbinar dengan rayuan.
".....Ya sudah."
"YEAY!" Sakura melompat senang, berlari mendekati singgasana sambil mempersiapkan tinjuan mautnya. Sedangkan Naruto melirik Sasuke dengan kesal, mencebik menahan umpatan kasar.
"Bucin!"
Sasuke menyeringai, "Iri?"
"MANA MUNG--"
BRAK!
"....."
Naruto menganga, sedangkan Sasuke memijit pangkal hidungnya. Pemandangan singgasana yang hancur, ah tidak, bukan hanya singgasananya. Hampir setengah dari ruangan itu hancur. Bahkan tembok dibelakang singgasana kini telah menembus keruangan lain karena ulah si gadis merah muda.
"Ups, gomen. Hehe." Dengan santainya, Sakura mengulas senyum lebar yang jelas berbanding terbalik dengan permintaan maafnya. Gadis itu sepertinya tampak puas setelah menghancurkan singgasana emas yang menjadi sumber masalah.
"...Kubilang hancurkan singgasananya saja." Sasuke bergumam pelan.
"Makanya tadi harusnya aku saja." Balas Naruto bergumam pula.
"Sudahlah! Kalian cepat kesini!" Teriak Sakura memanggil kedua pria itu.
Sasuke dan Naruto mendekat. Begitu berdiri di sisi Sakura, mereka dapat melihat sebuah celah kecil berbentuk belah ketupat, persis seperti serpihan kristal pada kalung Sakura.
"....Jadi?" Naruto bertanya, melayangkan matanya menatap Sasuke dan Sakura bergantian.
Sakura melepaskan kalungnya, menatap pada si pemberi. "Tidak apa-apa ya, Sasuke-kun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY THIS DIFFERENT? [End]
FanfictionSasuke kembali. setelah dua tahun pergi meninggalkan desa untuk perjalanan penebusan dosanya, lelaki Uchiha itu akhirnya kembali ke Konoha. teman-teman seangkatannya menyambutnya, guru nya yang kini jadi Hokage bahkan menelantarkan tugasnya hanya un...