Langkah kakinya pelan menyusuri lorong gedung Hokage menuju pintu keluar. Semburat senja yang semakin gelap menyorot dari balik jendela tanpa kaca yang ia lewati disepanjang langkahnya. Dalam benak Sasuke masih terputar cerita yang Sakura sampaikan. Tentang Sang kakak, dan pesan terakhir yang masih sama. Sasuke memutuskan untuk menyimpan itu untuknya saja. Sebagai rahasia diantara Ia, Sakura, dan Naruto. Biar saja ini menjadi keegoisannya yang terakhir. Karena Sasuke tahu, Itachi pun sama sekali tak membutuhkan pengakuan atau sekedar pujian. Lagipula raganya juga sudah pergi. Dengan penghargaan dari desa ataupun tidak, kenyataan bahwa sang kakak adalah pahlawan dalam bayangan tidak akan bisa dihilangkan.
Pintu keluar di depan mata, entah kenapa hatinya tiba-tiba memberat. Sepi yang entah kenapa terasa semakin nyata membuatnya sedikit sesak. Sakura benar. Yang tidak terlihat akan terasa berarti saat sudah hilang. Sasuke kembali melangkah, menghampiri senja dibalik pintu gedung Hokage setelah sebelumnya berhenti sejenak.
Ia sama sekali tidak mengharapkan apapun saat kakinya melangkah melewati batas pintu. Ia tidak berharap akan ditunggu atau disambut dengan sapaan. Namun, keberadaan kedua sosok yang berdiri dibawah pohon besar yang saljunya belum sepenuhnya mencair itu berhasil melemahkan pertahanan Sasuke untuk sesaat.
"Hei, lama sekali! Aku kedinginan tahu!"
"Sasuke-kun!"
Sasuke terpaku pada pijakannya. Ia tidak mengerti. Ia tidak tahu kenapa hatinya terasa sesak, juga kenapa matanya kembali memanas. Sasuke masih tidak mengerti apa yang sebenarnya masih mengganjal dihatinya. Ia benar-benar tidak mengerti, kenapa rasanya begitu kosong seakan ia benar-benar habis ditinggalkan? Padahal sudah berlangsung begitu lama. Pertemuan terakhirnya dengan Itachi sudah 3 tahun yang lalu. Itachi bahkan hanya datang menyapa Sakura kekasihnya, meninggalkan pesan untuknya tanpa berniat untuk muncul dalam mimpinya meski hanya sedetik.
Kenapa..
Rasanya masih sama seperti dulu.
Ditinggalkan,
Masih sama menyakitkan seperti dulu.
"Sasuke-kun baik-baik saja?" Sakura mendekat dengan ekspresi khawatir.
"Nenek Tsunade tidak sampai memukulmu kan? Sepertinya tidak karena kau masih hidup." celetuk Naruto.
Buk!
"Dasar bodoh! Tidak peka situasi!" geram Sakura memukuli pundak Naruto kesal.
"Aw aw! Sakit Sakura-chan! Aku kan hanya bertanya." Naruto melengkungkan bibirnya kebawah, memilih mundur selangkah sambil melindungi pundaknya dari pukulan maut sahabatnya itu.
Sasuke masih menjadi pengamat. Melihat kedua orang yang menemani masa kecilnya masih sama sekali tidak berubah. Dua orang yang sempat ia buang, namun begitu keras kepala untuk kembali mengejarnya. Suara kekehan kecil mengalun pelan dari bibir Sasuke. Lelaki itu menunduk seraya menutup mulutnya, menahan tawa yang entah karena alasan apa. Bahkan Sakura dan Naruto sudah menatapnya bingung.
"Kau tidak gila kan?" masih sama tidak tahu dirinya, kalimat yang keluar dari mulut Naruto benar-benar berniat untuk mengundang satu bogeman mengarah ke mulutnya.
"Kau yang gila, dobe."
"HAAHH KAU MENGATAIKU!? BARU TADI AKU SENANG KAU INGAT UNTUK MENYEBUT NAMAKU DENGAN BENAR DASAR TEME!"
"Hn, nampak aku peduli?"
"yakk dasar tak tahu terima kasih! Aku kedinginan karena menunggumu baka!"
"Urusanku?"
"SASUKE TEME!!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY THIS DIFFERENT? [End]
FanfictionSasuke kembali. setelah dua tahun pergi meninggalkan desa untuk perjalanan penebusan dosanya, lelaki Uchiha itu akhirnya kembali ke Konoha. teman-teman seangkatannya menyambutnya, guru nya yang kini jadi Hokage bahkan menelantarkan tugasnya hanya un...