A Symbol

2.8K 321 58
                                    

Sakura menatap lurus sebuah Kuil usang yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Dibangun di puncak gunung di bagian Barat Konoha, terpencil dibalik rimbunnya pepohonan. Jika dipikirkan, siapa juga yang mau mendatangi Kuil ini? Namun, sebuah ukiran lambang klan yang tertutupi tebalnya debu diukir begitu gagah di atas gapura Kuil. Meski warnanya memudar, lambang itu masih tampak jelas. Lambang kipas berwarna merah putih.

Hanya dengan melihatnya, Sakura tahu kalau Kuil ini adalah Kuil milik Klan Uchiha.

Rasanya baru beberapa menit yang lalu Sasuke tiba-tiba pulang, lalu menarik tangannya dengan terburu-buru. Saat Sakura melayangkan tanya dengan lisannya, pria Uchiha itu hanya menjawab dengan yakin.

"Ada yang ingin kusampaikan."

Sebab Sasuke yang menatapnya dengan penuh harap, Sakura bahkan tidak bisa untuk sekedar mengatakan tidak. Meskipun saat mereka keluar dari rumah matahari sudah mulai turun.

Ketika Sasuke membawanya dengan cepat menggunakan teleportasi, terlalu mengejutkan untuk Sakura ketika pemandangan di depan matanya tiba-tiba berubah menjadi Gapura merah usang yang berdiri kokoh dengan pohon rimbun di tiap sisinya.

Wanita Haruno itu mendongak dengan ekspresi bingung, menatap penuh tanya kearah kekasihnya yang juga sedang menatapnya.

"Ini Kuil Uchiha?" Tanya Sakura penasaran. Sasuke hanya mengulas senyum tipisnya sebagai jawaban, menarik tangan Sakura untuk menaiki tangga berbatu dan melewati gapura di depan Kuil. Sampai di depan Kuil, mereka berdua membungkuk dalam dua kali.

"Kita mau berdoa disini?" Bisik Sakura seraya mendekatkan tubuhnya pada Sasuke.

"Anggap saja memberi salam." Ucap Sasuke dengan nada pelan.

Sakura pun memejamkan matanya dengan tangan tertaut di depan dada. Hening mengisi tanpa ada yang membuka suara. Untuk beberapa menit, hanya suara hutan yang mengisi keheningan disana.

Sakura membuka matanya, melirik kearah Sasuke yang kini menatap lurus ke depan.

"Kau pasti tidak menyangka Uchiha punya kuil ini kan?" Tanya Sasuke seraya menoleh kearah Sakura.

Sakura mengangguk. Gadis itu pikir, Klan Uchiha hanya memiliki Kuil Naka yang dibangun di desa Konoha. Kuil itu bahkan sudah hancur bertahun-tahun lalu saat invasi Pain.

"Ini kuil yang sering di datangi Ibuku. Ia pernah membawaku dan Itachi ke sini saat kami masih kecil."

Meskipun samar, Sakura bisa mendengar nada getir yang mengalun pelan dari lisan kekasihnya. Gadis itu meraih tangan Sasuke, menggenggamnya dan memberikan usapan lembut.

"Kalau begitu aku akan memberi salam." Sakura tersenyum lebar, menatap lurus ke depan masih dengan tangan yang menggenggam Sasuke.

"Baa-chan, perkenalkan namaku Sakura. Haruno Sakura. Aku perempuan yang sudah menyukai putra Anda untuk waktu yang lama. Maaf baru memberi salam sekarang. Terimakasih sudah melahirkan anak yang setampan Sasuke-kun hehe."

Lengkungan sabit tipis terukir di bibir Sasuke. Pria itu mengangkat genggaman tangannya dengan Sakura, seakan ingin menunjukkan pada dewa dan jejak doa yang dipanjatkan Sang Ibu bertahun-tahun yang lalu bahwa kini ia datang tidak sendiri. Ada tangan yang ia genggam, menemaninya menghadap ke tempat berdoa yang hampir ia lupakan keberadaannya.

"Ibu, ini Sakura. Wanita yang sudah aku sukai untuk waktu yang lama. Namun karena aku terlalu pengecut, aku sempat melepaskannya."

Kelopak mata Sakura membesar dan netra hijaunya bergetar. Perkataan Sasuke terdengar jelas di telinganya. Gadis itu mendongak, menatap kekasihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Sekarang aku menggenggamnya, setelah kupikir akan kehilangannya aku baru berani menyampaikan segalanya. Ibu---"

Lisannya menjeda dan suaranya tertahan. Pria itu menunduk, menatap lurus netra emerald yang berkaca-kaca menatapnya.

"Tolong izinkan aku untuk tidak pernah melepaskannya."

Dan pada detik itu, belantara menjadi saksi dari bulir haru yang menetes dari manik hijau Sakura. Gadis itu tidak mampu mengucap kata saat Sasuke berdiri menghadapnya, menarik tangannya hingga punggung tangan Sakura mendarat di bibir Sasuke.

"Kau tahu aku tidak pandai merangkai kata." Napas hangat Sasuke menerpa punggung tangannya. "Namun aku juga tak ingin kehilangan kesempatan."

Saat itu Sakura hanya bisa terpaku diam, menunggu tiap kata yang keluar dari lisan Sasuke dengan hati penuh.

"Bersamaku akan membawamu pada bahaya yang tidak ada habisnya. Kau mungkin akan terluka lagi, sedangkan aku tidak akan bisa setiap saat disisimu. Aku tidak bisa menjanjikan kalau hanya akan ada bahagia."

Tangan mereka yang saling tertaut masih tidak terlepas, justru semakin erat mengisi sela jemari masing-masing. Hangat yang menjalar mungkin mencoba menenangkan bagaimana hati Sang Uchiha berdebar dibalik ekspresi tenangnya. Kata demi kata yang terucap tanpa rencana mengalun tanpa sekat dari lisan Sasuke. Bahkan dalam diamnya pria itu mengagumi bagaimana hatinya mampu menuntun lisannya menyampaikan perasaan.

Sasuke menarik napas sejenak sebelum kembali berucap. "Meskipun dengan semua resiko yang kusampaikan, apa kau akan tetap mengizinkanku mengukir lambang klanku di balik punggungmu?"

Bruk!

Sasuke tersentak kaget dengan tubuh sedikit terhuyung ketika Sakura tiba-tiba menghambur memeluknya. Wanita itu meremas jubah Sasuke erat sambil menenggelamkan wajahnya di dada kekasihnya.

"Hiks.. A-apa maksudmu?! Bahkan meski seumur hidupku harus hidup di tengah perang, asal bersamamu aku baik-baik saja." Sakura berucap dengan setengah terisak.

"Bahkan meski aku harus terus menunggumu pulang, sekalipun kau selalu pergi tanpa aku tahu kapan kau akan kembali, selama kau sempat untuk sekedar mengucap janji dan mengatakan 'aku akan pulang', sampai matipun aku akan menunggumu, Sasuke-kun!"

Sakura mengangkat wajahnya yang kini telah basah seraya mencengkram jubah Sasuke dengan tangannya kuat-kuat. Wanita itu mengangguk berulang kali, "Aku mau, aku mau! Membawa lambang itu seumur hidupku. Aku sendiri yang akan mengukirkannya di punggung baju kita."

Detik itu juga, bahkan hembusan angin mungkin kalah cepat dari tangan Sasuke yang meraih pipi Sakura dan mendaratkan satu ciuman panjang di atas bibir Sakura. Tuntutan serta hasrat untuk memiliki meluap dalam hatinya, seakan ingin meledak. Untuk pertama kalinya di seumur hidupnya, Sasuke ingin mengucapkan terimakasih pada semesta. 

****

Are you ready for the end?

Coba dong, kasih kesan pesan kalian sejauh baca cerita ini dari yang awalnya hanya oneshot ternyata keterusan sampe hampir 50 chapter nih T~T yuk komen disini➡️

See you at the end of this story🤗

WHY THIS DIFFERENT? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang