"Sakura-chan, aku sudah berbaik hati membantumu. Setelah ini bantu aku agar tidak dibunuh teme karena telah mengajakmu ketempat berbahaya itu oke?"
Sambil melompati dahan demi dahan dengan cepat, Naruto memasang wajah merindingnya. Ia pasti sudah gila karena membawa Sakura dalam misi tidak resminya. Ya, tentu saja tidak resmi. Gulungan yang ia tunjukkan pada Tsunade itu palsu. Tidak mungkin juga Kakashi akan memberikan misi ini pada Naruto si ceroboh. Apalagi membiarkan pria kuning itu membawa Sakura.
"Aku tidak minta bantuanmu, sih. Jadi aku tidak janji akan membantumu." Sakura mengulas senyum jahil, lalu mempercepat larinya meninggalkan Naruto yang memasang wajah panik di belakangnya.
"SAKURA-CHAN KAU JAHAT SEKALI!!!"
Sepertinya Naruto harus bersiap-siap untuk menghadapi kemarahan tiga orang. Uchiha Sasuke, Tsunade, dan Kakashi sedang menunggu untuk melayangkan jitakan maut ke kepala kuningnya.
****
Sasuke tidak diam saja meskipun harus terjebak didalam ruangan berisi suara erangan dari para pasien penyakit yang tidak diketahui. Pria itu memang menuruti perkataan Aoi yang memintanya untuk tidak menyentuh apapun, setidaknya secara langsung.
Dengan menggunakan sarung tangan berlapis, pria itu menyibak selimut yang menutupi salah satu pasien anak perempuan berusia sekitar 10 tahun. Ditubuh anak itu ruam kemerahan memenuhi kulitnya. Kulitnya seakan melepuh dan mengelupas hingga kehilangan warna aslinya. Seakan kulit itu terbakar dari dalam.
"Kau bisa mendengarku?"
"Ngghh... hah.."
Suara erangan kesakitan menyambut pertanyaannya. Sasuke mencoba membaca gerak mulut anak itu.
Tolong aku.
Panas.
To...long..
Meskipun ekspresi datarnya tak berubah, tak bisa Sasuke pungkiri kalau rasa simpatinya telah terketuk. Pria itu mengusap pelan rambut anak perempuan itu lalu mendekatkan tubuhnya.
"Bertahanlah."
Satu kata penenang yang kikuk ia lontarkan. Sasuke yang memang dasarnya tidak pandai berkata-kata, kini hanya bisa memberikan usapan ringan dikepala gadis kecil itu. Samar, airmata turun dari mata gadis kecil itu. Erangan kesakitannya memelan.
Melihat gadis kecil itu yang sepertinya kembali tertidur, Sasuke berdiri dan melompat ke ventilasi kecil diatas pintu gudang yang tertutup. Dari sana ia bisa sedikit melihat keadaan diluar. Dengan mengumpulkan chakra di tangan kanannya, Sasuke memegang teralis besi yang menutupi jendela kecil itu.
Sasuke bisa merasakan ada chakra lain yang melapisi teralis besi yang dipegangnya. Tak hanya pada jendela itu, namun juga diseluruh ruangan ini. Chakra yang cukup kuat telah menjadi penghalang segala interaksi dari luar untuk masuk.
Sasuke mengernyit, ia jelas tidak merasakan adanya chakra ini sebelum masuk kesini. Awalnya ruangan ini hanya sebuah gudang biasa. Pria itu melirik pada biksu yang tergeletak ditengah ruangan, masih terjebak dalam genjutsu yang diberikannya. Tiba-tiba perkataan biksu tadi kembali terngiang dalam otaknya.
"Konoha telah banyak menghilangkan darah yang dicintai oleh Dewa. Menguncupkan bunga yang seharusnya mekar. Dewa mengutuk tanah yang berdiri diatas pengorbanan nyawa."

KAMU SEDANG MEMBACA
WHY THIS DIFFERENT? [End]
FanficSasuke kembali. setelah dua tahun pergi meninggalkan desa untuk perjalanan penebusan dosanya, lelaki Uchiha itu akhirnya kembali ke Konoha. teman-teman seangkatannya menyambutnya, guru nya yang kini jadi Hokage bahkan menelantarkan tugasnya hanya un...