Hai! Karena, kemarin banyak yang vote. Terus semangat & sebagai bentuk syukuran. Hari ini update.
↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔↔
Tentang Dia
•
"Lo di sini juga?"
Dua puluh detik lalu. Baru saja kaki sampai di lantai rooftop sekolah. Sepasang mata cokelat Lea tidak sengaja, menangkap tubuh belakang seseorang di samping kiri. Lelaki berpostur tubuh tinggi itu, duduk bersandar di kursi dan membelakangi. Kepalanya sedikit menunduk seolah sedang menatap hal menarik.
Rafael menoleh. "Lea?"
Lea melihat Rafael sedang membaca buku tebal bersampul putih.
"Lo sendiri ngapain di sini?" Yang di tanya balik bertanya sembari berdiri dan meletakkan buku berjudul Atomic Habits karya James Clear di kursi.
"Nggak ngapa-ngapain. Gue cuma pengen ke sini aja."
Rafael mengedarkan pandangan sebentar. Sampai suara Lea terdengar kembali. "Lo sendiri ... sejak kapan di sini?"
"Sejak, bel istirahat pertama berbunyi."
"Maksud gue, lo udah sejak kapan tau tempat ini? Nggak semua murid loh, mau datang kemari atau bahkan nggak tau tempat ini."
Rafael terkekeh sambil menggaruk belakang telinganya dengan jari tangan kiri. Lea pun menautkan alis. Apa yang lucu?
"Sejak ... sejak semester satu. Gue nggak tau kapan pastinya, tapi udah cukup lama."
"Serius? Kok, gue baru sekarang tau lo sering ke sini? Gue baru tau tempat ini September lalu, tapi jarang juga datang soalnya jauh dari kelas."
Rafael melangkahkan kaki sedikit menjauh dari Lea, setelah tangannya meraih buku. Tidak banyak bicara. Lebih memilih menikmati embusan angin yang meniup pelan setiap helai rambutnya.
Lea menyusul. "Lo suka baca buku self improvement?"
Tatapan mata Rafael jatuh ke arah langit. Kedua tangannya bersandar dan melipat di bagian atas pagar besi berjaring setinggi perutnya. Pagar yang di jadikan pembatas.
"Iya, soalnya menarik." Rafael dengan wajah ramahnya menoleh. "Lo suka baca buku apa?"
"Gue?" Lea menyandarkan punggungnya ke pagar. Berdiri dengan arah berbeda dari Rafael. Santai.
Mengusap-usap dagu. Lea pura-pura berpikir dan menyipitkan mata. "Gue kurang suka baca buku, apalagi buku pelajaran."
"Nggak percaya."
Lea tersentak. Beralih menghadap ke arah yang sama dengan lelaki di samping kirinya itu. "Gue nggak minta lo buat percaya, tapi kenyataannya memang begitu."
"Gimana perasaan lo sekarang, masih kepikiran soal skandal kemarin?"
Yang di tanya menghela napas kasar. Benar-benar malas membahas. Ingin rasanya melupakan dan menganggap tidak pernah terjadi. Lea jadi teringat ancaman kakek. Ia membenci hal itu. Menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingenious
Novela JuvenilBukan yang pertama tetapi terakhir seakan tidak punya tujuan hidup. Lea peringkat terakhir paralel dituntut ambisius dan harus mencari partner belajar (sejarah, matematika, biologi) supaya nilai rapornya tidak merah lagi. Kelompok murid ambis terga...