"Jarak selalu bernilai positif. Lo paham, kan?" tanya Alsa menerangkan materi nilai mutlak.
Lea mengangguk antusias dan tersenyum manis.
Terlepas dari benar-benar paham atau tidak, Alsa melanjutkan kembali penjelasan.
"Soal nomer 49. Coba lo kerjain." Alsa membuka soal di tablet yang di hubungkan ke aplikasi pertemuan virtual. Sehingga, soal terpampang jelas di layar laptop.
"Langsung lo terangin aja Al. Gue nyimak. "
"Nggak percaya gue soal segampang ini lo nggak bisa."
"Biar lebih paham aja gue. Langsung jelasin Al."
Alsa bisa melihat wajah Lea dan Lea bisa melihat wajah Alsa. Mereka berdua juga sama-sama bisa membaca soal.
"Nilai mutlak dari akar tiga di kurangi akar lima. Ingat!
Akar tiga di kurangi akar lima hasilnya bilangan negatif atau kurang dari nol." Alsa melingkari konsep jika x < 0.
Lea mendengarkan sambil menahan kantuk. Sesungguhnya, ia tidak benar-benar serius. Membiarkan Alsa mencoret-coret layar memakai pen.
"Oleh karena itu, pakai rumus yang ini |x| = — x. Sehingga, mutlak dari akar tiga di kurangi akar lima sama dengan negatif dalam kurung akar tiga di kurangi akar lima...."
|√3 - √5| = — (√3 - √5)
= — √3 + √5
= √5 - √3
Lea menopang kedua pipi menggunakan tangan dan siku bersandar pada meja. Ia sama sekali tidak tertarik dengan soal di layar laptopnya. Menahan rasa kantuk sampai kepalanya hampir jatuh.
"Jadi, jawaban yang benar adalah D. Paham nggak?"
Lea bergegas sadar saat Alsa bertanya kepadanya. Alsa belum sadar kalau Lea berpura-pura mendengarkan.
Lea menyipitkan mata dan mengangguk paham diikuti senyuman di bibirnya.
"Jangan cuma angguk-angguk. Serius paham atau nggak?" tanya Alsa curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingenious
JugendliteraturBukan yang pertama tetapi terakhir seakan tidak punya tujuan hidup. Lea peringkat terakhir paralel dituntut ambisius dan harus mencari partner belajar (sejarah, matematika, biologi) supaya nilai rapornya tidak merah lagi. Kelompok murid ambis terga...