yang follow ig @leapaurora udah tahu dulu ke mana Lea 💯
Titik Temu
******* ( ͡° ͜ʖ ͡° ) *******
Juli 2022
"Pakai sealt bag, Nona."
Lea duduk di kursi penumpang depan bergegas memakai sabuk pengaman dari pundak atas ke bawah pinggang, mengikuti perintah kak Melati—pengemudi mobil.
Kemudian baru ia kembali memperhatikan Rafael di luar dari samping kiri, bersamaan dengan lampu lalu lintas berganti hijau. Mobil berjalan maju, Lea dari jendela pintu yang kacanya terbuka melihat Rafael tertinggal di belakang garis zebra cross.
Setelah motor Rafael menyala kembali, Lea masih memperhatikan lelaki itu dimana tersenyum ke arahnya. Terlihat dari bentuk matanya.
Lea cukup lama menatap Rafael. Bukan karena Lea suka, tetapi perasaan bersalah. Lea merasa bersalah. Sedetik saja, Lea belum bisa melepas pandangannya dari Rafael.
Sabuk pengaman dipakai sebenarnya cukup mengganggu gerakan, tapi Lea harus mematuhi perintah. Lea mengernyitkan alis saat Rafael mengerem mendadak motornya dan tatapannya yang melotot terekam jelas. Lea tersentak, ketika pundaknya tiba-tiba ditarik ke belakang dan menghadap ke depan.
"PEGANGAN DAN PEJAMKAN MATA, NONA!"
Lea lagi-lagi tersentak ketika kak Melati sembari memegang kuat setir, tidak menoleh sama sekali, setelah semua kaca jendela mobil dirapatkan naik dengan menekan tombol. Otak dipaksa bekerja cepat, Lea tidak mengerti. Sampai akhirnya menyadari kalau bukan kemauan.
Sabuk pengaman mengencang. Memaksa kepala membentur jok empuk. Kepala truk dari arah barat menghantam mobil mereka. Seketika menjadi abu-abu. Airbag mengembang otomatis.
Lea memejamkan mata. Kedua tanganya memegang erat benda di atas. Aneh rasanya, kepala mendadak pusing hampir terpental sana sini. Pedal gas sepertinya tidak lagi berguna. Terasa ringan dan melayang.
Pegangan tangan terlepas beralih memeluk diri sendiri. Mobil berguling dari atas lalu jatuh miring ke aspal tiga kali. Terseret jauh ke timur dan tidak bergerak lurus sesuai arah jalan menuju utara. Kekuatan truk besar dan panjang berkecepatan tinggi sulit terkalahkan—mendorong mobil kemudian banting setir dan menyerempet mobil-mobil lainnya.
Di rasa hantaman cepat berhenti setelah menunggu hitungan detik, Lea pelan-pelan membuka mata. Lea dengan kepala pusing dan wajah pucat menoleh ke kanan, pintu terbuka dan kak Melati tidak ada. Airbag mobil juga telah kempes. Semua tampak terbalik serta kabur.
"Nona...." Pintu samping kiri dibuka paksa dari luar. Perempuan dewasa itu telah lebih dulu turun.
"Kak...," lirih Lea napasnya seakan memohon berhenti.
"Saya bantu...."
Lea duduk dalam posisi mobil terbalik dibantu keluar. Kak Melati membukakan sabuk pengaman, melindungi kepala menggunakan blazer baru dilepas, dan hati-hati mengeluarkan tubuh rampingnya dimulai dari kepala ke aspal.
Lea pasrah, meskipun ia melihat dalam kabur, darah segar mengalir di pelipis kak Melati. Luka dimiliki tidak menghentikan niat mengalungkan tangan kanan nonanya ke leher pribadi dan membantu berdiri dengan tenaga tersisa. Lea tidak tahan perutnya dikocok hebat, ia mual dan muntah ke aspal.
"Nona, bertahan. Tetap buka mata."
Telinga berdenging, mencium bau bensin, suara-suara terdengar samar. Lea lemas seakan tubuhnya remuk ditambah kepala tidak bisa diajak kompromi, merasa tidak kuat. Ia ingin memejamkan mata. Meminta semua menjadi gelap dan sunyi. Namun, kak Melati yang terus memapah langkah menyadarkan Lea untuk bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingenious
Teen FictionBukan yang pertama tetapi terakhir seakan tidak punya tujuan hidup. Lea peringkat terakhir paralel dituntut ambisius dan harus mencari partner belajar (sejarah, matematika, biologi) supaya nilai rapornya tidak merah lagi. Kelompok murid ambis terga...