24 - Malam Sunyi

2.1K 310 105
                                    

Alasan masih betah baca cerita Ingenious?

×××××××

Terkantuk-kantuk, beberapa kali kepala nyaris terjatuh di atas meja belajar di kamar rumah. Beruntung, Lea cepat-cepat sadar dan kembali belajar. Melotot.

Kalau bisa tembus sepuluh besar. Saya izinkan kamu bertemu mamamu satu minggu tiga kali.

Lea menggenggam kuat pensil di tangan kanan. Ia memejamkan mata sebentar, lalu kedua tangannya dalam keadaan terkepal memegang kepala. Tidak sakit juga pusing, Lea hanya lelah.

Ting!

Notifikasi pesan masuk di ponsel mengalihkan perhatian. Bergegas Lea meletakkan pensil. Kemudian, mengambil benda pipih itu di dalam laci meja.

Partner Sejarah

Baru selesai belajar ekonomi, Lea.

Membedakan candi budha dan hindu itu gampang, kok.

Kalau budha bentuk bangunannya lebih tambun terus puncak candi berupa stupa. Berbahan batu andesit. Contoh: Borobudur, Plaosan, Pawon.

Kalau hindu bentuk bangunannya tinggi ramping terus puncak candi berupa kubus. Berbahan bata merah. Contoh: Prambanan, Arjuna, Jago, Badut.

Kalau masih belum paham tanya aja.

Lea

Makasih Partnerrrrrr

Gue udah paham, kok.

Lea melirik empat angka yang tertera di layar atas. Menunjukkan pukul sembilan malam lewat tujuh menit. Lea menebak, sepertinya hampir setiap hari Rafael mengatur jadwal belajarnya dari jam tujuh sampai sembilan malam.

Jika, Lea mengirim pesan di antara jam tersebut. Tentu saja hal yang sia-sia kalau berharap orang di seberang sana akan membalas pesan secara cepat.

Partner Sejarah

Asiappp

Lea matikan ponsel dan menaruhnya kembali ke tempat semula. Fokus kembali menatap buku latihan soal sejarah di atas meja. Ia harus giat belajar, karena telah tertinggal jauh dari teman-temannya yang super ambisi.

Setengah jam kemudian, belum selesai mengerjakan soal. Target seratus soal dalam waktu dua jam, tetapi malah kelewat batas. Lebih mengecewakan, malah baru tiga puluh soal. Itu saja sudah menguras energi luar biasa. Lea mengantuk berat.

"Kalau udah nggak semangat, ya, nggak akan semangat. Mau ngapain juga tetap nggak semangat. Malas. Ngantuk."

Tidak bisa di paksa, Lea pun menjatuhkan kepalanya di meja-di atas buku yang terbuka lembarannya. Menghadap ke kiri, memejamkan mata sempurna, dan tertidur pulas.

Benar kata Lea, kalau semangat sudah hilang mau dengan cara apapun tetap tidak bergairah.

Akan tetapi, bagaimana kalau urusan menjadi mendesak dan sangat dibutuhkan? Bukannya, tidak salah kalau harus menumbuhkan semangat itu kembali. Secara pelan-pelan daripada berhenti. Lebih rugi, tidak melakukan sama sekali lagi alias menyerah. Sampai suatu hari, keluar kata penyesalan. Seandainya.

~

Pukul 00.12 WIB.

Jari tangan kanan memainkan pensil yang baru saja di raut lancip. Rambut di gulung di belakang dengan sedemikian rupa. Penampilan rambut perempuan beralis tegas itu agak berantakan.

IngeniousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang