Diskusi
•
Melirik jam di dinding ruangan berukuran cukup luas. Pukul tiga sore lebih dua menit. Lea mengekor di belakang lelaki berambut poni di belah tengah. Bukan terlihat culun, ia malah tampil keren.
"Kenapa belajar di ruang fotografi?" tanya Lea meneliti setiap barang yang ada di meja.
Tidak banyak barang dan meja terlihat bersih. Ruangan pun tidak pengap, justru nyaman dengan nuansa putihnya.
"Mencari tempat ternyaman. Nggak mungkin belajar di kelas, pasti di suruh keluar soalnya mau di kunci sama penjaga."
Rafael menaruh tas di atas meja. Mengeluarkan buku tebal mapel sejarah kelas sepuluh.
"Di ruangan ini, cuma kita berdua?" tanya Lea memastikan.
Cekrek!
Silau.
Seseorang tiba-tiba memotret, sampai-sampai Lea menyipitkan mata.
"El, ini gimana cara matiin flash nya?" ujar Bagas menghampiri sahabatnya yang seketika menoleh dan memeriksa.
"Eh, ada orang ketiga?" celetuk Lea menautkan alis.
Mendengar suara, Bagas melirik ke arah Lea. "Apa lihat-lihat?"
Lea mengernyitkan alis. Percaya diri banget lelaki berambut sedikit keriting itu.
"Nih, perhatiin baik-baik." Setelah Rafael menunjukkan cara mematikan flash kamera kepada Bagas, ia pun duduk di kursi tanpa sandaran.
Lea menghampiri dua lelaki di depan mata. Dengan langkah gesit, Lea merampas kamera di tangan Bagas.
"Eh!" kaget Bagas.
Lea memeriksa hasil gambar yang baru saja di ambil Bagas. Foto dirinya berdiri dengan Rafael yang sedang merogoh tas. Tanpa pikir panjang, Lea menekan tombol delete.
"Udah gue hapus." Lea memberikan kamera kepada Bagas. "Nggak sopan tau, memotret orang lain tanpa izin."
Beralih mencari tempat duduk dan mendapatkannya. Lea duduk berhadapan dengan Rafael. Jarak mereka berdua terhalang oleh meja berwarna putih.
"Gue cuma iseng," ujar Bagas mengembalikan kamera ke tempat semula-di meja pojok.
"Eh, buku sejarah semester satu?" kaget Lea menggeser buku paket tebal berwarna cokelat ke hadapannya. "Bukannya, ini udah di kembalikan ke perpustakaan sekolah?"
Rafael membetulkan posisi duduknya. "Iya, rencana hari ini mau gue kembaliin. Tapi, karena gue jadi partner belajar lo. Ya, gue tunda dulu."
"Kok, baru sekarang di kembalikan nya?" tanya Lea curiga.
"Bulan lalu, gue lupa taruh itu buku di mana. Eh, semalam ketemu. Ternyata, ke selip di bawah sofa kamar gue."
"Ck, ck, ck." Lea berdecak ringan sambil geleng-geleng kepala.
"Pilih materi yang ingin lo pelajari di buku itu. Nggak harus semua bab. Yang lo suka aja."
Rafael bangkit berdiri.Lea memperhatikan dan sekilas melirik Bagas keluar lebih dulu dari ruangan.
Lalu, diikuti Rafael. "Gue tinggal bentar."
"Mau ke mana?"
"Sholat."
Lea menopang dagu dengan kedua tangan. Ia hari ini sedang halangan. Lea melirik buku sejarah yang menganggur.
Pilih materi yang ingin lo di pelajari?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingenious
Novela JuvenilBukan yang pertama tetapi terakhir seakan tidak punya tujuan hidup. Lea peringkat terakhir paralel dituntut ambisius dan harus mencari partner belajar (sejarah, matematika, biologi) supaya nilai rapornya tidak merah lagi. Kelompok murid ambis terga...