udah lama ya nggak update. Kangen Ingenious? Lea, Rafael, Assen & Dhira, Alsa, Bagas?
ada pembaca lama masih bertahan?
buat pembaca baru selamat datang!
kangen sama mereka, jadi hari ini Ingenious update ✋ seneng nggak? Seneng dong, masa enggak hihi
maaf ya baru muncul lagi, selamat baca! meskipun ada yang masih ingat alur Ingenious bahkan udah lupa ...
nggak jadi end?
*
Gift
******* ( ͡° ͜ʖ ͡° ) *******
Langit malam balkon rumah menyita atensi, Rafael sedang duduk melipat kaki sembari membuka kuaci, sejenak menghentikan aktivitasnya. Suara gemuruh menyambut kesunyian. Langit dari sore memang sudah tidak cerah seperti hari kemarin, hujan juga diprediksi akan turun dan benar. Ketika jarum jam di dalam menunjuk angka setengah delapan malam, petir dari atas langsung menyambut hujan.
"El, minumnya gue taruh di meja!" Teriakan Bagas di dalam rumah menyadarkan Rafael untuk bergegas berdiri dari lesehan di lantai. Ia kehausan sedari tadi.
"Lo dimana?" teriak Bagas sekali lagi, mengimbangi derasnya hujan.
"Bentar-bentar, kulit kuacinya!" Rafael menyapu kulit kuaci berceceran dengan tangan.
"Udah biar aja, ntar pembantu yang beresin."
Rafael menoleh, sahabatnya berkaos bola basket sudah muncul saja di tengah pintu. Di mana bersandar di pinggir pintu, dengan tangan melipat dada dan kaki kanan sedikit disilang ke depan.
"Besok gue malas," ucapnya.
Rafael yang mengabaikan perintah Bagas, hampir selesai memasukkan kulit kuaci ke dalam plastik. Ia juga mengerutkan dahi, menelaah maksud. "Ayolah, Gas."
"Lo tau gue nggak suka sama mereka."
"Lo juga tau, gue suka sama persahabatan kita."
"Bullshit, El."
Menenteng bungkus kuaci masih sisa serta plastik sampah, Rafael tidak ambil pusing melewati Bagas. Berpindah duduk di lantai pojok ruangan dan menempel pada gorden panjang abu-abu tua. Rumah berlantai dua punya Bagas, terasa nyaman ditempati dari berbagai sisi.
"Di bawa santai, Gas."
Bagas bergerak mengambil kamera di atas sofa. "Kamera lo gue pakai."
"Pakai aja." Rafael mengambil kuaci.
Cekrek!
Rafael menyipitkan mata ketika silau dari kamera mengarah ke wajahnya. Ia belum siap, asal di foto.
"Glowing banget muka lo!" Bagas tertawa.
"Jangan foto, Gas."
"Sekali lagi, El." Bagas memusatkan titik pusat kamera, menangkap wajah Rafael dan kemeja garis bercampur kotak-kotak lengan pendek yang dikenakan. "Tapi, lo harus pakai gaya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ingenious
Fiksi RemajaBukan yang pertama tetapi terakhir seakan tidak punya tujuan hidup. Lea peringkat terakhir paralel dituntut ambisius dan harus mencari partner belajar (sejarah, matematika, biologi) supaya nilai rapornya tidak merah lagi. Kelompok murid ambis terga...