23 - Tentang Dia (3)

2.2K 355 161
                                    

Langit. Keindahan di atas sana jauh lebih indah dibandingkan pegunungan. Ada banyak foto yang telah di ambil menggunakan kamera. Sampai-sampai di kala senggang tidak bosan melihat setiap hasil tangkapan tangan sendiri.

Cekrek!

"Kenapa lo suka langit?"

Belum ada jawaban. Lea tidak berharap laki-laki yang masih sibuk mengambil gambar di rooftop sekolah segera menjawab pertanyaannya.

Lea yang duduk di bawah sambil memeluk lutut dengan kedua kaki sedikit menyilang. Sedangkan, Rafael berdiri beberapa meter di depan.

"Langit itu indah, Lea."

"Klise. Jawaban lo nggak seru."

Rafael menurunkan kamera dan tersenyum. Menunduk sembari memikirkan balasan yang tepat.

"Kenapa lo suka menyendiri di atap sekolah?"

Sekarang, Rafael yang ganti bertanya. Ia matikan kamera dan menoleh ke belakang.

Pandangan lurus ke depan. "Suka aja."

"Klise. Jawaban lo nggak seru."

Lea melirik sekilas, lalu menghela napas kasar. Kemudian, ia bangkit berdiri. Jarak di antara dirinya dengan Rafael terpaut tiga meter.

Lea melangkah maju. Ia rentangkan kedua tangan dan menikmati embusan angin meniup halus setiap helai rambutnya. "Di atap sekolah, gue bebas berekspresi Partner."

Rafael berkedip sebentar seolah-olah bisa merasakan perasaan Lea. Perempuan itu berdiri tepat di sebelah kirinya.

"Alasan gue suka langit ...."

Langit biru cerah, sejak tadi tidak ada. Dua insan itu hanya melihat pudarnya terang yang perlahan menjadi mendung.

Rintik hujan.

Setetes air dari langit jatuh di ujung hidung Rafael. "Hujan, Lea."

Tidak peduli. Lea masih menikmati kegiatannya dan membuka mata. Rafael buru-buru melepas jas almamater di tubuhnya. Ia angkat dan menaruhnya di atas kepala Lea, seperti payung. Tidak mungkin Rafael membiarkan Lea basah terkena rintikan yang semakin menderas.

"Ayo, ke bawah."

Mereka berdua membalikkan badan dan berlari. Menuju pintu turun dari rooftop.

~

Tertawa bersama. Mereka meneduh di koridor sepi orang berlalu lalang, karena sudah waktunya pulang ke rumah masing-masing.

Rafael menurunkan jas almamater yang agak basah terkena hujan. Saling bertukar pandang sebentar. Rafael melihat tatapan mata Lea jauh lebih santai dari pada dirinya.

Satu lagi, Rafael merasa Lea itu perempuan yang kuat.

"Hah." Lea tersenyum lega dan berkacak pinggang. "Untung keburu turun. Lihat, hujannya makin deras Partner."

Rafael buru-buru memalingkan wajah dan tersenyum. Ia hela kasar napasnya. Lalu, mengikuti arah sepasang mata Lea memandang. Melihat hujan di depan sana melalui kaca jendela koridor sekolah lantai tiga yang bening.

IngeniousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang