49x + 18 = 116

2K 260 32
                                        

heyyy nunggu lama yaaa siapa yg kangen?

*

Surat

******* (  ͡°  ͡° ) *******

"Turut berdukacita, Rafael."

Berdiri di depan gundukan tanah yang masih basah. Area pemakaman memang telah sepi, tetapi Rafael masih menahan air matanya dan kepalan tangannya lemah.

Rafael menoleh setelah pundak kanannya ditepuk seseorang dari samping. Kakek Imran yang datang. Aroma parfum menyeruak di hidung.

"Saya akan menjamin masa depan kamu."

Rafael tidak butuh jaminan. Hatinya masih terluka. Yang ia butuhkan, orang-orang tersayang—pernah meninggalkannya merangkul dirinya sekarang juga dan berkata Rafael, bangun ini hanya mimpi.

~

"Kalau capek tidur, jangan begadang."

"Lo juga."

"Gue nggak begadang, Lea. Cuma tidur lebih awal supaya bisa bangun lebih pagi."

"Sama aja."

"Beda. Konsepnya beda. Gue ulangi lagi, oke? Kalau capek tidur aja ya, jangan begadang."

Semua yang sudah terjadi akan menjadi sejarah. Masa lampau. Seleksi alam. Kata yang lebih manis, Rafael biasa menyebutnya kenangan. Kenangan yang seiring waktu bisa dilupakan pemiliknya.

"Rafael."

Yang dipanggil berhenti. Menoleh ke kanan, lelaki sebaya dengannya datang menghampiri. Menggendong tas di pundak sama sepertinya. Memberikan informasi serangkaian hal mengenai klub fotografi. Rafael mengangguk dan tersenyum.

Rafael melewati air mancur sekolah. Di seberang kiri, ia amati dedaunan kering tampak rontok dari atas pohon. Masih musim kemarau. Rafael pun memasuki gedung SMA Laskar Angkasa. Hari ini sekolah dipenuhi para murid tampak siap memulai pagi pada semester baru. Gerombolan cewek heboh di depan misalnya, memberikan kesan ramai di telinga. Rafael melewati mereka begitu saja.

"OMG. I'm so excited. Semoga kita sekelas lagi."

Setelah seseorang pergi, dunia tetap berjalan seperti biasa.

"Kalian masih berharap di kelas satu?"

"Enggak, sih."

"Udah jelas mustahil. Kita ini fix di kelas dua lagi."

Tap, Tap, Tap ....

Alsa melewati gerombolan cewek di depan dengan langkah kaki angkuh dan lirikan mata tajam. Mereka sangat berisik. "Kelas satu. Hanya yang menempati peringkat 20 besar bisa di sana."

"Oh! Queen Alsa. Dia ngomong sama kita?"

"Sama tembok."

Tawa mereka membuat Alsa yang terus berjalan mendengus.

IngeniousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang